BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dibetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang
kompleks yang melibatkan (1) kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak dan (2) berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis.
Diabetes melitus adalah gangguan kronis yang ditandai
dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan
insulin atau secara relatif kekurangan insulin Penyakit diabetes melitus
merupakan penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan
seumur hidup dengan diet, latihan, dan obat-obatan.
Berdasarkan dari masalah tersebut di atas, penulis
merasa tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diabetes
Militus Grade II di Ruang Perawatan XI
Rumah Sakit Dustira.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Agar penulis mampu memahami dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan DM Grade
II di rumah sakit pada khususnya dan di amsayarakat pada umumnya
2.
Tujaun Khusus
a.
Melakukan pengkajian yang
teridir dari proses pengumpulan data, analisa data, perencanaan, dan menetapkan
diagnosa keperawatan.
b.
Membuat perencanaan, menerapkan
tujuan yang dicapai dari menyusun rencana tindakan keperawatan untuk meemcahkan
masalah pada klien.
c.
Melaksanakan implementasi
berdasarkan rencana yang telah disusun.
d.
Menilai hasil yang dicapai,
meliputi reaksi klien terhadap tindakan yang dilakukan .
1.3.
Metode Penulisan
Metode yang penulis guanakan dalam penyusunan laporan
kasus ini adalah metode Deskriptif Analitik, yaitu dengan pendekatan proses keperawatan.
Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpualan data adalah teknik
komunikasi, seperti wawancara, observasi, tinjauan pustaka, serta pemeriksaan
fisik.
1.4.
Sistematika Penulisan
Penysusunan laporan kasus ini tersidir dari 4 bab yang
meliputi :
BAB I : Mengenai
pendahuluan yang berisi mencakup di dalamnya latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisi
tinjauan teoritis dan pembahasan kasus.
BAB III : Berisi
kasus nyata klien yang berisi tentang pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi .
BAB IV : Berisi
kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian mengenai Diabetes Melitus oleh beberapa orang ahli, diantaranya :
a.
Diabetes melitus adalah
penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup
dengan diet, latihan, dan obat-obatan (Carpenito,
1999 : 143).
b.
Diabetes melitus merupakan
suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan (1) kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak dan (2) berkembangnya komplikasi makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neurologis (Long, 1996
: 4)
c.
Diabetes melitus adalah
gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang
diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin (Tucker et all, 1992 : 401).
d.
Dibetes melitus adalah gangguan
metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 1992 : 1111).
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa diabetes melitus adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.
2.
Anatomi dan Fisiologi
a.
Anatomi Pankreas
Menurut
Price dan Wilson (1992 : 430-431) pankreas merupakan organ yang panjang dan
ramping. Panjangnya sekitar 6 inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak
retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen utama : kaput, korpus dan kauda.
Kaput terletak pada bagian cekung duodenum dan kauda menyentuh limpa.
Pankreas
dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda. Sel-sel
eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut asini
menghasilkan unsur-unsur getah pankreas. Sel-sel endokrin atau pulau
Langerhans menghasilkan sekret endokrin, insulin dan glukagon yang penting
untuk metabolisme karbohidrat.
Pankreas
merupakan kelenjar kompleks alveolar. Secara keseluruhan pankreas menyerupai
setangkai anggur, cabang-cabangnya merupakan saluran yang bermuara pada duktus
pankreatikus utama (duktus Wirsungi). Saluran-saluran kecil dari tiap asinus
mengosongkan isinya ke saluran utama.
Saluran
utama berjalan di sepanjang kelenjar, sering bersatu dengan duktus koledokus
pada ampula Vater sebelum masuk ke duodenum. Saluran tambahan, duktus
Santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput Pankreas masuk ke duodenum,
sekitar 1 inci di atas papila duodeni.
b.
Konsep Fisiologis Pankreas
Menurut Corwin (1996 : 538 – 541), konsep fisiologis pankreas dibagi
2 yaitu :
1.
Fungsi Eksokrin Pankreas
a)
Sekresi Enzim Pankreas
Sekresi enzim-enzim pankreas terutama berlangsung akibat perangsangan pankreas oleh
kolesistokinin (CCK), suatu hormon yang dikeluarkan oleh usus halus.
b)
Sekresi Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat dikeluarkan dari
sel-sel asinus ke usus halus, sebagai respon terhadap hormon usus halus untuk
menetralkan kimus yang asam karena enzim-enzim pencernaan tidak dapat berfungsi
dalam lingkungan asam.
2.
Fungsi Endokrin Pankreas
Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi
dan melepaskan hormon insulin, glukagon dan somatostatin yaitu oleh pulau Langerhans.
a)
Sekresi insulin
Insulin merupakan suatu
hormon yang menurunkan glukosa darah (Price dan Wison, 1996 : 1109) dilepaskan
pada suatu tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta (b) pulau Langerhans. Rangsangan utama untuk pelepasan insulin di atas
kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah, hal ini merangsang sekresi
insulin dari pankreas dengan cepat meningkat dan kembali ke tingkat basal dalam
2-3 jam. Insulin adalah hormon utama pada stadium absorptif pencernaan yang
muncul segera setelah makan. Di antara waktu makan, kadar insulin rendah.
Insulin
bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat di sebagian
besar sel tubuh untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa (diperantarai oleh pembawa) ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel,
glukosa dapat segera dipergunakan untuk menghasilkan energi melalui siklus
Krebs, atau dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen, sewaktu glukosa
dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin adalah hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh
dan memiliki berbagai efek.
Insulin
meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan
protein serta menghambat penguraian simpanan lemak, protein dan glikogen. Insulin
juga menghambat glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati .
Siklus
umpan balik yang memperlihatkan efek penurunan glukosa darah pada pengeluaran
insulin. (Elizabeth J. Corwin. 1996. Handbook of Pathophysiology. Lippincot.
Raven Publishers. Philadelphia)
b)
Sekresi glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein
yang dikeluarkan oleh sel-sel alpha (a) pulau
Langerhans sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan
peningkatan asam amino plasma.
Glukagon adalah hormon stadium
pascaabsorptif pencernaan, yang muncul dalam masa puasa di antara waktu makan.
Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik (penguraian). Glukagon merangsang penguraian lemak dan
pelepasan asam-asam lemak bebas ke dalam darah, untuk digunakan sebagai sumber
energi selain glukosa.
c)
Sekresi Somatostatin
Somatostatin disekresikan oleh
sel-sel delta (d) pulau Langerhans. Hormon ini
mengotrol metabolisme dengan menghambat sekresi insulin dan glukagon.
3.
Patofisiologi
a.
Diabetes Melitus Tipe I (
Diabetes Melitus Dependent Insulin/DMDI )
Diabetes melitus tipe I adalah
penyakit hiperglikemi akibat ketiadaan absolut insulin, biasanya dijumpai pada
orang yang tidak gemuk dan berusia kurang dari 30 tahun .
Diabetes tipe I diperkirakan timbul
akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulau Langerhans yang dicetuskan oleh
lingkungan. Individu yang peka secara genetik tampaknya memberikan respon
dengan memproduksi antibodi terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa.
Juga terdapat bukti adanya
peningkatan antibodi-antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans yang ditujukan
terhadap komponen antigenik tertentu dari sel-sel beta. Mungkin juga bahwa para
individu yang mengidap diabetes tipe I memiliki kesamaan antigen antara sel-sel
beta pankreas mereka dengan virus atau obat tertentu, sehingga sistem imun
gagal mengenali bahwa sel-sel pankreas adalah “diri” atau self (Corwin, 1996 : 543 )
Virus
Efektor sel T
Genetik ?
Autoimunitas dan Diabetes
(Barbara C. Long 1999. Perawatan Medikal Bedah edisi 3 . Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung)
b.
Diabetes Melitus Tipe II
(Diabetes Melitus Non Dependent Insulin/DMNDI)
DM tipe II tampaknya berkaitan dengan
kegemukkan. Selain itu, pengaruh genetik yang menentukan kemungkinan seseorang
mengidap penyakit ini, cukup kuat. Mungkin pula bahwa individu yang menderita
diabetes tipe II menghasilkan antibodi insulin yang berikatan dengan reseptor
insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak merangsang
aktivitas pembawa.
Individu
yang mengidap diabetes tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi
kelambatan dalam ekskresi setelah makan dan berkurangnya jumlah insulin yang
dikeluarkan. Hal ini cenderung semakin parah seiring dengan pertambahan usia
pasien. Sel-sel tubuh, terutama sel otot dan adiposa, memperlihatkan resistensi
terhadap insulin yang terdapat dalam darah.Pembawa glukosa tidak secara adekuat
dirangsang dan kadar glukosa darah meningkat. Hati kemudian melakukan
glukoneogenesis, serta terjadi penguraian simpanan trigliserida, protein, dan
glikogen untuk menghasilkan sumber bahan bakar alternatif. Hanya sel-sel otak
dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energi
efektif. Karena masih terdapat insulin, maka individu dengan diabetes tipe II
jarang hanya mengandalkan asam-asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak
rentan terhadap ketosis.
c.
Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada
wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50 % wanita
pengidap kelainan ini akan kembali ke stastu nondiabetes setelah kehamilan
berakhir. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang teru-menerus
tinggi selama kehamilan.
4.
Gambaran Klinis Diabetes
Melitus
Menurut Corwin (1996 : 546 – 547), terdapat 5 buah
gambaran klinis dari DM, yaitu :
a.
Polifagia (peningkatan rasa lapar)
akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolik protein dan lemak, dan
kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.
b.
Polidipsia (peningkatan rasa haus)
akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
c.
Poliuria (peningkatan pengeluaran urin),
pada orang nondiabetes, semua glukosa yang difiltrasi ke dalam urin akan
diserap secara aktif kembali ke dalam darah. Pengangkut-pengangkut glukosa di
ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali ke darah akan
mengalami kejenuhan dan tidak dapat mengangkut glukosa lebih banyak. Karena
glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik, maka air akan tertahan di
dalam filtrat dan diekskresikan bersama glukosa dalam urin sehingga terjadi
poliuria.
d.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat
katabolisme protein di dalam otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
e.
Peningkatan angka infeksi akibat
peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
5. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (American Diabetes Association 1997)
a.
Diabetes tipe I
b.
Diabetes tipe II
c.
Diabetes tipe lain
1)
Defek genetik fungsi sel beta
2)
Defek genetik kerja insulin
3)
Penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis, tumor/pankteatektomi, dan pankreatopati
fibro kalulus
4)
Endokrinopati
Akromegali, sindrom Cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme
5)
Karena obat/zat kimia
6)
Infeksi
Rubella kongenital
7)
Sebab imunologi yang jarang
Antibodi anti insulin.
8)
Sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
d.
Diabetes Melitus Gestasional
(DMG).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Tn.S
Umur :
52 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Pensiunan
Suku / Bangsa :
Sunda / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS :
10 Desember 2003
Tanggal Dikaji : 11 Desember 2003
No. Registrasi :
3623 / XII / 2003
Diagnosa Medis :
DM Tipe II + Gangren Redis
Sinistra
Tanggal Pengkajian :
15 Desember 2002
Alamat :
Jl Cihanjuang RT.01/02 Cimahi
b.
Penanggung jawab
Nama : Ny. F
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl Cihanjuang RT 01/02 Cimahi
Hubungan dengan klien : Suami
b.
Riwayat Kesehatan Klien
1)
Riwayat kesehatan klien terdiri
dari :
a)
Alasan masuk RS
Sejak
2 hari yang lalu klien mengeluh panas badan, 4 hari sebelumnya bagian
belakang ibu jari kaki kiri klien terluka akibat terbentur ketika berjalan
tanpa alas kaki. Keadaan luka, kotor dan keluar nanah. Karena keluhan panas
badannya, klien berobat ke rumah sakit dan diputuskan untuk menjalani perawatan
di RP. XI RS Dustira.
b)
Keluhan Utama
Kepala klien terasa sering pusing.
c)
Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dikaji klien mengeluh adanya luka pada bagian
belakang ibu jari kaki kiri dengan ukuran ± 4 x 2 x 0.5 cm, terdapat jaringan nekrotik dan luka mengeluarkan pus, jaringan di sekitarnya
tampak kehitaman. Luka tersebut tidak terasa sakit. Luka ini mulai muncul
sejak 2 minggu yang lalu.
Klien juga mengeluh sering lapar dan kepala terasa
sering pusing.
2)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut pengakuan klien, dirinya telah menderita sakit
gula ini sejak tahun 1996, tetapi selama beberapa tahun belakang ini klien
tidak merasakan adanya keluhan dan tidak teratur memeriksakan kadar gula
darahnya. Pada bulan Juli 2003 ketika berobat untuk panas badannya, klien diberitahukan kembali tentang penyakit
gulanya tersebut. Klien juga menyatakan bahwa dirinya mengeluhkan penyakit
reumatik sejak 1 tahun yang lalu.
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut keterangan klien, orangtua dan
saudara-saudaranya tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti yang klien
derita sekarang.
d.
Pemeriksaan Fisik
1)
Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum hidung di tengah, frekuensi napas 18
kali/menit, iramanya reguler, tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
pergerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi dada,compliance paru
maksimal, tidak terdapat suara-suara napas tambahan.
2)
Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak pucat (ananemis), sklera tidak ikhterik, tidak
terjadi peningkatan JVP, KGB tidak teraba, bunyi S1 S2 murni reguler, tidak ada bunyi
tambahan, HR 72 X/ menit, Capillary Refill Time (CRT) lebih dari 3 detik ,
akral bawah dingin (kedua kaki), kuku tampak
pucat , tidak terdapat clubbing finger, rabaan nadi di kedua kaki sama dengan
di tangan, tidak ada varises.
3)
Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap, reflek
kunyah dan menelan baik, tidak terdapat iritasi pada mulut, abdomen cembung,
hepar teraba tetapi tidak terjadi pembesaran, bising usus 8x
menit. Nafsu makan meningkat. Pada daerah anus tidak terdapat keluhan, terjadi penurunan BB,
saat masuk RS 68 Kg : 1 hari yang lalu : 59 Kg (dalam waktu 10 hari).
4)
Sistem Persyarafan
GCS :
15 ,
E4M6V5, Tingkat kesadaran: Kompos mentis
Nervus I : Penciuman
baik ditandai dapat membaui minyak kayu
putih.
Nervus II : Penglihatan
baik, ditandai dapat melihat di
sampingnya dengan lirikan.
Nervus III : Klien
dapat mengangkat kelopak mata ke atas.
Nervus IV : Klien
dapat menggerakkan mata ke atas dan ke
bawah.
Nervus V : Klien
dapat mengunyah dengan baik.
Nervus VI : Klien
dapat menggerakkan mata kanan dan kiri
mengikuti jari telunjuk perawat.
Nervus VII : Fungsi
pengecapan baik, ditandai dengan klien
mengatakan tidak ada keluhan pada waktu makan dan napsu makan baik.
Klien dapat tersenyum.
Nervus VIII : Klien
dapat berkomunikasi dengan baik dengan
perawat dan lingkungannya.
Nervus IX : Klien
dapat menelan dengan baik.
Nervus X : Fungsi
menelan baik, pada saat diinstruksikan
mengatakan “ aaa.aaa “ uvula terangkat dan tetap berada di median.
Nervus XI : Gerakan
kepala dan bahu baik.
Nervus XII : Klien
dapat menggerakkan lidahnya (terkontrol).
5)
Sistem Perkemihan
Pada saat palpasi kandung kemih teraba tidak tegang/penuh, tidak ada
nyeri tekan pada palpasi dan perkusi ginjal. Klian BAK 4 x/hari @ 250 cc ;
warna kuning muda jernih, ginjal tidak teraba, tidak terpasang kateter.
6)
Sistem
Muskuloskeletal
Kekuatan otot klien penuh : kaki klien kadang
terasa kram tidak terdapat adanya
oedema, sianosis (+), CRT lebih dari 3 detik,
reflek patela menurun, reflek Babinsky (-), ROM baik.
7)
Sistem Endokrin
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
tiroid.
8)
Sistem Integumen
Akral hangat, suhu 36,2 o C,
kuku panjang dan kotor, kulit kering terutama di ekstremitras bawah, terdapat
beberapa bekas luka-luka kecil dan kulit
berwarna kehitaman, tidak terdapat oedema, rambut tampak kusam, terdapat
gangren dengan ukuran 4 x 2 x 0.5 cm di redis sinistra, pus (+) jaringan nekrotik (+).
e.
Aktivitas Sehari-hari
Pola
Aktivitas Sehari-hari
No
|
Aktivitas
|
Sebelum Sakit/ di Rumah |
Selama Sakit/ di RS
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
NUTRISI
a.
Makan
- Frekuensi
-
Jenis makanan
-
Pantangan
- Porsi
- Masalah
b.
Minum
-
Jumlah
-
Jenis minuman
-
Masalah
ELIMINASI
a.
BAB
-
Frekuensi
-
Konsistensi
-
Warna
- Masalah
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Masalah
ISTIRAHAT TIDUR
a.
Tidur malam Kualitas
b.
Tidur siang
Kualitas
c.
Masalah
KEBERSIHAN DIRIAKTIVITAS |
2 x sehari
MB, lauk, sayur dan buah
Tidak ada
1 porsi
Tidak ada
1400 cc
Air putih
Tidak ada
2 hari sekali
Lembek
Kuning tengguli
Tidak ada
3-4 kali sehari
750 cc
Kuning muda jernih
Tidak ada
21.30 s.d. 04.30 wib
Nyenyak
Kadang-kadang
-
Tidak ada
Mandi 2 kali sehari pakai sabun,
gosok gigi 2 kali sehari, cuci rambut 1 kali seminggu.
Klien sebagai pensiunan, tinggal di
rumah dengan anak dan istrinya mengawasi usaha bengkelnya.
|
3 x sehari
Diet DM 1700 kalori
Makanan tinggi kadar gula dan lemak
Satu porsi habis + snack
Peningkatan nafsu makan
1200 cc
Air putih
Tidak ada
Tidak teratur, 1-2 x/hari
Lembek
Kuning tengguli
Tidak ada
4 kali sehari
1000 cc
Kuning muda jernih.
Tidak ada
23.30 s.d. 04.30 wib
Nyenyak
13.00 s.d. 16.00 wib
Nyenyak
Tidak ada
Mandi 1 kali sehari pakai sabun,
gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut belum pernah.
Selama di rumah sakit klien hanya berbaring dan jalan-jalan
sekitar ruangan.
|
f.
Data Psikologis
1)
Status Emosi
Klien tampak tenang dalam menghadapi penyakitnya ini.
2)
Konsep Diri
a)
Body Image/Gambar Diri
Klien merasa kurang mampu melakukan aktivitas karena
keadaan tubuhnya yang lemah.
b)
Ideal Diri.
Klien berharap agar dirinya cepat sembuh dan segera
pulang.
c)
Harga Diri.
Klien merasa tidak malu sehubungan dengan kondisi
fisiknya saat berhubungan dengan orang lain.
d)
Identitas Diri
Klien menyadari bahwa dirinya adalah seorang laki-laki
dan sebagai seorang kepala keluarga. Klien pun dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.
e)
Peran.
Klien merasa perannya sebagai kepala keluarga terganggu
karena tidak dapat tinggal di rumah, mengatur keluarga dan usaha bengkelnya.
3)
Gaya Komunikasi
Klien mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda dan
Indonesia, bicara lembut, terbuka dan mau menerima saran dari orang lain.
4)
Pola Interaksi
Klien mampu berinteraksi dengan siapa saja yang
mengajaknya berbicara.
g.
Data Psikososial
Klien adalah ayah dari 4 orang anak. Hubungan klien
dengan dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya terjalin dengan baik. Hubungan
klien dengan pasien lain agak tertutup. Klien cukup kooperatif. Klien ditunggui
oleh istri dan saudara-saudaranya.
h.
Data Spiritual
Klien adalah seorang muslim yang taat beribadah, selama
sakit ia tetap melakukan shalat. Klien menerima penyakitnya sebagai suatu ujian
dari Tuhan dan tetap akan berusaha untuk kesembuhan penyakitnya.
i.
Data Penunjang
Data
Penunjang
No
|
Laboratorium
|
11/12
|
11/12
|
11/12
|
12/12
|
13/12
|
Harga Normal
|
1.
2.
|
Pemeriksaan
Darah
Gula darah sewaktu
Gula darah puasa
Gula darah 2 J PP
Haemaglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
SGOT
SGPT
Urea N.
Kreatinin
Asam Urat
Kolesterol
Urinelisa
Glukosa Puasa
Glukosa 2 J PP
Leukosit
Epitel
Eritrosit
|
249
393
8.2
187
+++
++++
|
437
10.9
10.5
34.4%
169
16
16
46
2.4
9.4
137
+
-
2-3
3-4
10-12
|
162
|
28
1.5
5.2
183
|
133
|
<110 mg/dL
80-110 mg/dL
<200 mg/dL
11-14 gr %
5 rb – 10 rb/mm3
36-45%
150-440 k/ul
0-35 U/l
0-35U/l
1.5-6 mg/dL
<1.5 mg/dL
1.5 – 6 mg/dL
120-160 mg/dL
negatif
negatif
|
j Pengobatan
Diet DM 1700 kalori
Actrapid
pagi siang sore : 8 unit, 8 unit, 8 unit
Humulin
N 6 unit pukul 20. 30 BBWI
Kompres
garamycin untuk luka gangren.
1. ANALISA DATA
Nama :
Tn.S
Ruang :
XI
No
|
Data Senjang
|
Kemungkinan Penyebab
|
Masalah
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
DS:
-
Klien mengatakan sering lapar walaupun telah
makan.
- Klien
mengatakan berat badannya turun dari 68Kg menjadi 59 Kg seja 10 hari yang
lalu
DO:
-
Program diet
1700 klori
- Gula darah
puasa 133 mg/ dL
- Gula darah 2
JPP 143 mg/dl
- Glukosa urine 2
JPP ++++
- Klien tampak
lemah
DS:
-
Klien mengatakan kakinya terluka akibat berjalan
tanpa alas kaki.
-
Klien mengeluh bahwa dirinya tidak teratur kontrol
gula darah sejak tahun 1996.
Do:
-
Terjadinya luka yang dapat dicegah.
DS:
-
Klien mengatakan selama sakit dia tidak lagi mampu bekerja dan
beraktivitas seperti biasanya.
-
Klien sering merasa pusing .
-
Klien mengatakan sering merasa lapar sehingga
tubuhnya lemas.
DO:
- Selama di rumah sakit klien terlihat hanya berbaring dan duduk-duduk di
tempat tidur.
- porsi makan habis.
DS :
-
Klien mengatakan di kakinya terdapat luka tepatnya
di bagian belakang ibu jari kaki kiri,
tapi klien merasakan adanya nyeri.
Do
:
-
Terdapat luka ulkus/gangren di redisinistra dengan ukuran 4x2x0.56cm,
jaringan sekitar luka agak kehitaman, terdapat pus dan jaringan
nekrotik,penyembuhan luka lama kurang lebih 2 minggu.
-
GDP : 133 mg/dl
-
GD 2 JPP : 143 mg/dl.
-
Capilarry refill time : > 3 detik.
-
Akral kaki dingin dan tampak pucat.
- Kuku Sianosis.
DS :
-
Klien mengatakan + 1 minggu sebelum masuk rumah sakit terdapat
luka pada bagian belakang ibu jari kaki kiri yang disertai panas badan selama
3 hari, disebabkan klien berjalan tanpa alas kaki.
DO:
-Terdapat luka gangrem
dengan ukuran 4x2x0.5cm
diredita jarinya sekitar
tampak kehitaman, pus pada
luka (+). Leukosit 10.5
rb/mm3
- Ketika
dibersihkan, klien tidak merasa nyeri.
|
DM Tipe II
¯
Glukosa darah meningkat
¯
Glukosa darah tidak dapat
ditransfer ke jaringan
¯
Glikogen otot menurun
¯
Pemecahan lemak
dan protein di hati
¯ ¯
Merangsang
Penururnan
hipolthalamus berat
badan
¯ ¯
Nafsu makan Pemenuhan
Meningkat nutrisi tidak
¯ adekuat
Perubahan pola ¯
Nutrisi
Gangguan
¯ pemenuhan
Polipagia
nutrisi
Kurangnya informasi kurat/terbatasnya
pengetahuan klien tentang penyakit, penyebab, gajala, komplikasi, pengobatan
(pemberian insulin,diet DM dan obat-obatan oral), perawatan kaki dan latihan.
Sel tidak mendapatkan
energi dari glukosa
¯
Terjadi katabolisme
protein di dalam otot
¯
Suplai energi ke dalam
jaringan menurun
¯
Kelelahan
Peningkatan gula darah
¯
Penebalan membran basal
pembuluh-pembuluh kecil
¯
Iskemia dan penurunan
penyaluran O2 dan zat-zat gizi ke jaringan
¯
Perubahan perfusi jaringan
perifer (cenderung ke arah neuropati diabetik)
Luka akibat benturan dan
riwayat DM
¯
Inkontinuitas jaringan
¯
Penyembuhan yang lama
¯
Kerusakan integritas
jaringan
|
Gangguan pemebuhan
kebutuhan nutrisi
Kurang
pengetahuan
Kelelahan
Perubahan perfusi jaringan
perifer
Kerusakan integritas
jaringan
|
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan DM tipe II.
2.
Perubahan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan peningkatan gula darah.
3.
Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan luka akibat benturan dan riwayat DM.
4.
Kelelahan berhubungan dengan
sel tidak mendapatkan energi dari glukosa.
5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi akurat/terbatasnya pengetahuan klien tentang penyakit,
penyebab, gejala, komplikasi, pengobatan (pemberian insulin dan obat-obatan
oral), perawatan meliputi diet, perawatan kaki dan latihan.
2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S No.
Register : 3623 /XII/2003
Umur : 52 tahun Diagnosa
Medis : DM Tipe II
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
15 Des 2002
15 Des 2002
15 Des 2002
15 Des 2002
15 Des 2002
|
Perubahan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan DM tipe II.
DS:
-
Klien mengatakan sering lapar
walaupun telah makan.
-
Klien mengatakan berat badannya
turun dari 68Kg menjadi 59 Kg seja 10 hari yang lalu
DO:
-
Program diet 1700 klori
-
Gula darah puasa 133mg/ dL
-
Gula darah 2 JPP 143 mg/dl
-
Glukosa urine 2 JPP ++++
-
Klien tampak lemah
Perubahan perfusi jaringan
perifer yang berhubungan dnegan peningkatan gula dalam darah yang ditandai
dengan :
DS:
-
Klien mengatakan kakinya terluka
akibat berjalan tanpa alas kaki.
-
Klien mengeluh bahwa dirinya
tidak teratur kontrol gula darah sejak tahun 1996.
Do:
-
Terjadinya luka yang dapat dicegah .
Kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan luka akibat benturan dan riwayat DM
yang ditandai dengan :
DS:
-
Klien mengatakan kakinya terluka
akibat berjalan tanpa alas kaki.
-
Klien mengeluh bahwa dirinya
tidak teratur kontrol gula darah sejak tahun 1996.
DO:
-
Terjadinya luka yang dapat
dicegah .
Kelelahan berhubungan dnegan sel yang tidak mendapatkan energi dari
glukosa yang ditandai dengan :
DS:
-
Klien mengatakan selama
sakit dia tidak lagi mampu bekerja dan
beraktivitas seperti biasanya.
-
Klien sering merasa pusing .
-
Klien mengatakan sering merasa
lapar sehingga tubuhnya lemas.
DO:
- Selama di rumah sakit klien terlihat hanya berbaring dan duduk-duduk di
tempat tidur.
-
porsi makan habis.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
akurat/terbatasnya pengetahuan klien tentang penyakit, penyebab, gejala,
komplikasi, pengobatan (pemberian
insulin,diet DM dan obat-obatan oral), perawatan meliputi diet, perawatan
kaki, dan latihan, yang ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengatakan di kakinya
terdapat luka tepatnya di bagian belakang ibu jari kaki kiri, tapi klien merasakan adanya nyeri.
DO :
-
Terdapat luka ulkus/gangren di redisinistra dengan ukuran 4x2x0.56cm,
jaringan sekitar luka agak kehitaman, terdapat pus dan jaringan
nekrotik,penyembuhan luka lama kurang lebih 2 minggu.
-
GDP : 133 mg/dl
-
GD 2 JPP : 143 mg/dl.
-
Capilarry refill time : > 3
detik.
-
Akral kaki dingin dan tampak
pucat.
-
Kuku Sianosis.
|
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
dengan kriteria :
1.
Jangka Pendek :
-
Mempertahankan kadar gula mendekati normal.
-
BB stabil
-
Menunjujkkan tingkat energi biasanya.
2.
Jangka Panjang :
-
Klien dapat mencerna makanan dengan kadar gula dan protein stabil.
-
Gula darah stabil.
Perubahan perfusi jaringan
perifer dengan kriteria :
a. Jangka pendek :
-
Dalam waktu 3 hari klien dapat meningktakan sensasi nyerinya.
-
Pasien mempunyai perfusi jaringan yang adekuat : akral kaki hangat dan
sensasi nyeri baik, CRT > 3 detik.
Kerusakan integritas jaringan
teratasi :
a. Jangka pendek :
-
Dalam 24 jam, klien mengungkapkan dan mendemonstrasikan pengetahuan
tentang perawatan kaki yang tepat.
3.
Jangka panjang :
-
Luka gangren tidak bertambah luas, mengering dan pus (-).
Kelelahan teratasi dengan
kriteria :
a. jangka pendek:
-
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
c.
Jangka panjang :
- Mengungkapkan
peningkatan tingkat energi.
Pengetahuan klien bertambah
dengan kriteria :
a. Jangka pendek :
- Klien dan keluarga menyatakan
pemahamannya tentang penyakit, penyebab, gejala, komplikasi, pengobatan
(pemberian insulin,diit DM dan obat-obatan oral), perawatan meliputi diet,
perawatan kaki dan latihan.
b. Jangka panjang :
- Adanya perubahan perilaku
yang mendukung usaha perawatan.
|
i.
Timbang berat badan secara teratur.
ii.
Tentukan program diet dan pola makan pasien serta bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
a.
Ingatkan pada klien agar tidak makan selain diet DM 1700 kalori.
b.
Berikan diet DM 1700 kalori sesuai program.
iii.
Lakukan pemeriksaan GD secara teratur.
iv.
Berikan pengobatan insulin (actrapid) sesuai program 3x8 u SC.
v.
Pantau tanda-tanda hiperglikemi, seperti penurunan tingkat kesadaran,
kulit lambab, dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, sakit kepala,
pusing, sempoyongan.
vi.
Pantau tanda-tanda hiperglikemia seperti poliuri, polipagia, dan
polidipsi.
1.
Kaji sensasi, pengisisan kapiler, suhu, nadi perifer, dan warna.
2.
Kaji integritas kulit dan
evaluasi refleks sekstremitas bawah.
3.
Minimalkan aktivitas pasien dan masukkan latihan pasif dan aktif
progresif ke dalam rutinitas harian. Hindari periode istirahat berlebihan
pada posisi yang sama.
4.
Lakukan dan ajarkan keluarga klien mengenai mengganti balutan dengan
tehnik steril yang ketat.
5.
Ajarkan pasien untuk menghindari tekanan pada belaknga lutut (mis.
Tidak menyilangkan kaki).
6.
Anjurkan klien untuk disiplin terhadap program terpeutik dan melakukan
pemantauan glukosa darah di rumah secara teratur.
1.
Pantau nadi perifer dengan mebandingkan kualitas secara bilateral.
2.
Kaji integritas kulit dan evaluasi refleks ekstremitas bawah.
3.
Minimalkan aktivitas pasien dan masukkan latihan pasif dan aktif
progresif ke dalam rutinitas harian.
4.
Hindari periode istirahat berlebihan pada posisi yang sama.
5.
Jadwalkan pergantian balutan sesuai dengan kebijakan institusi dan
inspeksi tempat tersebut terhadap tanda infeksi lokal : eritema, pembengkakan
dan drainase purulen.
6.
Gunakan tehnik aseptik yang ketat pada saat merawat luka.
7.
Pantau hasil laboratorium terhadap peningkatan jumlah SDP, dan kultur
dtrainase purulen sesuai program.
1.
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal
perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan
kelelahan.
2.
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa
diganggu.
3.
Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah melakukan
aktivitas.
4.
Tingkatkan pertisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
1.
Menggali pemahaman keluarga dan klien mengenai penyakit, penyebab,
gejala, komplikasi, pengobatan (pemberian insulin dan obat-obatan oral),
perawatan meliputi diet, perawatan meliputi diet, perawatan kaki dan latihan.
2.
Memberikan pemahaman yang sederhana tapi memadai kepada klien dan keluarga
mengenai penyakit, penyebab, gejala, komplikasi, pengobatan (pemberian
insulin dan obat-obatan oral),perawatan meliputi diet, perawatan kaki dan
latihan.
|
1.
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya.
2.
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3.
Mnegidentifikasi tingkat penyimpangan dan perkembangan GD klien;
berperan untuk menyesuaikan kadar/dosis terapi.
4.
Insulin dengan cepat dapat membantui memindahkan glukosa darah ke dalam
jaringan.
5.
Karena metabolisme mulai terjadi, gula dalam darah akan berkurang dan
sementara insulin tetap diberikan maka hipoglikemi dapat terjadi.
6.
Mangantisipasi terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah akibat
kektidaksesuaian kadar gula darah dengan jumlah dan efektivitas insulin.
1.
Jika sensasi dan perfusi jaringan menurun maka penyembuhan luka akan
semakin baik.
2.
Jika sansasi rusak, dapat diantisipasi ketidakmampuan pasien untuk
berespon dengan tepat terhadap rangsang berbahaya.
3.
Mengurangi ketidakmampuan akut dan mencegah hemostatis.
4.
Memaksimalkan upaya penyembuhan dan mencegah terjadinya infeksi
sekunder.
5.
Mencegah statis vena.
6.
Kepatuhan terhadap program terapeutik dan pemantauan gula darah teratur
adalah penting untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer yang normal.
1.
Perbedaan nadi yang mencolok menandakan penurunan perfusi jaringan.
2.
Mengetahui kondisi aliran aliran terhadap fungsi neurologis klien,
mencegah penurunan sensasi nyeri yang lebih parah.
3.
Mencegah terjadinya cedera pada kaki, mengurangi ketidaknyamanan akut.
4.
Menghindari penekanan pada pembuluh yang sama untuk jangka waktu yang
lama.
5.
Memaksimalkan perawatan dan mengantisipasi perluasan infeksi ke
jaringan di sekitarnya.
6.
Meminimalkan risiko masuknya bakteri melalui tempat ini.
7.
Memantau tingkat infeksi klien.
1.
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.
Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.
Mengindikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4.
Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai dengan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
1.
Menjadi tolak ukur dan patokan pemberian Health Education (HE).
2.
Adanya perubahan perilaku yang mendukung usaha perawatan.
|
4.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu |
DP |
Implementasi |
Evaluasi
|
Paraf
|
15 Des 03
10.30
10.45
11.45
12.15
16.00
16.30
16 Des 03
07.30
10.00
10.00
11.00
18.45-19.40
|
3
2
1
1
1
1
1.
3
5
5
4
3
5
5
1
1
|
1.
Mengganti balutan luka
gangren, membersihkan dari jaringan nekrotik dan pus, dan mengompres dengan
air hangat + PK sambil memasase kaki klien
2.
Menggunakan tehnik aseptik
yang ketat.
1. Mengkaji pengisian
kapiler dan nadi perifer pada kaki kanan dan kiri.
1. Memberikan injeksi
Actrapid 8 u SC dengan daerah injeksi di M. Deltoideus kanan, sudut injeksi
45 O.
1. Memberikan makanan siang
sesuai dengan program diet yaitu 1700 kalori.
5.
Memberikan injeksi actrapid 8 u SC dengan daerah injeksi di
M. deltoideus kiri sudut injeksi 45 O.
1.Memberikan makanan sore sesuai dengan program diet yaitu
1700 kalori.
1. Mengambil darah sebanyak
2 cc untuk pemeriksaan GD 2 J PP di vena brankhialis kanan.
1.
Mengganti balutan luka gangren Mengganti balutan luka gangren, membersihkan
dari jaringan nekrotik dan pus, dan mengompres dengan air hangat + PK sambil
memasase kaki klien.
2. Menggunakan tehnik
aseptik yang ketat.
Mengajarkan istri klien
untuk mengganti balutan pada luika klien dengan tehnik perawatan yang benar.
Menggali pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit DM, penyebab, gejala, komplikasi, pengobatan
dan perawatannya.
Memeriksa tanda-tanda
vital klien dan memeriksa perkembangan kondisi klien
Mengganti balutan luka gangren Mengganti balutan luka gangren,
membersihkan dari jaringan nekrotik dan pus, dan mengompres dengan air hangat
+ PK sambil memasase kaki klien.
Menggunakan tehnik aseptik yang ketat.
Mengajarkan istri klien
untuk mengganti balutan pada luika klien dengan tehnik perawatan yang benar,
luka juga direndam dalam air hangat sambil dimasase.
Mengajarkan istri klien
untuk dapat menyuntik sendiri
Memberikan
injeksi insulin 8 u SC, 30 menit sebelum makan di M. Deltoideus kanan
menggunakan tehnik steril.
Meriviu dan
memberitahu kan tentang perkembangan kadar gula darah klien hari ini serta
diit makan klien untuk makan malam dan makan pagi besok.
1.
me
|
S : Klien mengatakan
merasa lebih nyaman dengan luka yang telah dibersihkan.
O : Luka tampak lebih bersih, belum mengering, jaringan
tampak memerah.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
S : -
O : CRT <
3 detik, nadi kaki kanan = kiri
A : Masalah
belum teratasi.
P :
Intervensi no. 1 – 6 dilanjutkan.
S : Klien tidak merasakan adanya
tanda-tanda alergi.
O : Komplikasi yang berhubungan dnegan injeksi insulin
(actrapid) seperti lipodistropi, resistensi insulin, reaksi alergi)tidak
terjadi.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan.
S : Klien merasa cukup kenyang, tidak terjadi
keluhan-keluhan hiperglikemi dan hipoglikemi.
O : Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi no.1– 6 dilanjutkan.
S : Klien tidak
merasakan adanya tanda-tanda alergi.
O : Komplikasi yang berhubungan dnegan injeksi insulin
(actrapid) seperti lipodistropi, resistensi insulin, reaksi alergi)tidak
terjadi.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan.
S : Klien merasa cukup kenyang, tidak terjadi
keluhan-keluhan hiperglikemi dan hipoglikemi.
O : Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi no.1 – 6 dilanjutkan.
S : -
O : hasil GD 2 J PP : 227 mg/dL
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi no. 1- 5 dilanjutkan.
S : Klien merasakan adanya nyeri pada luka ketika luka
sedang dibersihkan.
O : Jaringan nekrotik telah dibersihkan, tampak lebih
bersih, kulit tampak memerah, masih terdapat pus, darah keluar sedikit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi no.1 – 6 dilanjutkan.
S : Istri klien merasa belum bisa mengganti balutan klien,
karena selama ini dia tidak pernah melihat luka suaminya sebelumnya.
O : Istri klien menangis ketika melihat luka klien.
P : Masalah belum teratasi.
S : Klien dan keluarganya tampak menyimak materi penyluhan
dengan seksama dan mengajukan beberapa pertanyaaan.
O : Klien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
pada post test dengan benar.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dipertahankan.
S : Klien mengatakan kepalanya agak pusing, masih lemah dan
belum dapat beraktivitas seperti biasanya.
O : TD :120/70 mmHg
N : 84 x/mnt,
kaki = tangan, kaki kiri = kanan.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
S :Klien merasa nyeri ketika sedang dibersihkan
lukanya.
O : Luka terlihat bersih dan agak kemerahan, darah pada
luka, pus (+), klien tampak meringis ketika luka sedang dibersihkan.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
S : Istri klien mengatakan masih belum biasa melihat luka
suaminya, tapi dia mengatakan mau melatih dirinya untuk bisa merawat suaminya
secara mandiri di rumah.
O :Istri klien mau menyiapkan semua peralatan yang diperlukan
untuk menggati balutan luka klien, tapi belum mau ikut serta, hanya sekedar
membangtu perawat.
A : Masalah teratasi
S : Istri klien mengatakan dia mau belajar untuk dapat
menyuntik sendiri, istri klien tampak menyimak ketika perawat mengajarkan
cara menyuntik insulin.
O : Klien mampu menjawab beberapa pertanyaan dari perawata
yang berkaitan dengan tehnik penyuntikan ini.
A : Masalah
teratasi sebagian.
P : I ntervensi
dilanjutkan.
S : Klien mengatakan tidak ada keluhan sesudah diberikan
injeksi ini.
O : Bekas suntikan baik, tidak terjadi adanya tanda-tanda
hipoglikemi.
A : Masalah
teratasi
P :
Intervensi dipertahankan.
S : Setelah mengetahui bahwa GD 2 JPP mengalami
peningkatan, klien mengatakan akan lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi
makana.
O : GD 2 JPP
227 mg/dL
A : Masalah
teratasi
P :
Intervensi dipertahankan.
|
|
6. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama :Tn S
Ruang :XI
WAKTU
|
DK
|
CATATAN PERKEMBANGAN |
PARAF
|
16 Des 2003
07.15 –
08.15
|
4
|
S : Klien mengatakan karena pusingnya ini dia belum bisa
mulai beraktivitas seperti berjalan-jalan di sekitar rumah.
O : Klien tampak lemah.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Intervensi no.
1,2 dan 4 dilanjutkan.
E : Klien mengatakan masih terasa pusing.
R : Tujuan tidak tercapai.
|
|
|
1
|
S : Klien mengatakan tadi malam makanan klien telah ditakar
sesuai dengan anjuran perawat.
O : Klien terlihat agak lemah.
TD : 100/70 ,
N : 88x/mnt.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Berikan pengobatan insulinh sesuai program. Ingatkan
klien untuk tidak makan selain diit DM 1700 kalori.
R : Tujuan tercapai sebagian.
|
|
18.20 –
19.20
16 Des 2003
07.30 –
08.15
18.20 –
19.10
17 Des 2003
07.30 –
08.15
18.20 –
19.20
18 Des
2003
07.30
|
5
2
2
1/4
3
1/4
3
1
3
1
3/2
1
2/3
3
|
S : Istri klien menyatakan dirinya akan mencoba menyuntik
insulin untuk suaminya pagi ini.
O : Istri klien mau menyiapkan dan terlihat sudah siap
untuk mencoba menyuntik secara mandiri.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dipertahankan.
I : Intervensi no.1-2 dilanjutkan.
E : Istri klien
telah mampu mempersiapkan peralatan.
Istri klien
mampu mengambil 8 u insulin dari vial dengan steril.
Istri klien
mampu mendesinfektan daerah injeksi dan melakukan
tindakan injeksi
kepada klien.
Istri klien
mampu membereskan kembali peralatan-peralatan yang
telah
dipergunakan.
R : Tujuan tercapai
S : Klien masih merasakan kesemutan.
O : Tes sensasi benda halus dan tajam (+), tes sensasi suhu
(+).
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Intervensi no. 1 – 6 dilanjutkan.
E : Pada waktu diganti balutan, klien sudah dapat merasakan
nyeri, darah pada luka (+), jaringan sekitar tampak memerah dan agak
mengering.
R : Tujuan tercapai sebagian.
S : Klien mengatakan saat ini dia sudah bisa merasakan
adanya rasa nyeri pada lukanya, darah pada luka (+).
O : Klien tampak meringis apabila luka trersentuh gunting
perban padsa saat balutan dibuka.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Intervensi no. 1- 6 dilanjutkan.
R : Tujuan teratasi sebagian.
S : Klien mengatakan pusingnya telah berkurang
O : Klien tampak masih lemah, porsi makan habis.
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan.
I : Intervensi no. 2-6 dilanjutkan.
E : Klienh mengkonsumsi sesuai dengan program diit DM 1700
kalori.
R : Tujuan tercapai sebagian.
S : Klien mengatakan luka semakin membaik, agak mengering.
O : Luka tampak mengering, pus masih ada sedikit, jaringan
sekitar tampak memerah dan tes sensassi suhu maupun sensasi halus dan tajam
(+).
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Mengganti balutan dan melakukan masase pada waktu kaki
direndam dengan air hangat. Balutan
diganti .
E : Klien merasa lebih nyaman, luka semakin bersih dan
mengering.
R : Tujuan tercapai sebagian.
S : Klien mengatakan
pusing sudah hilang, dan saat ini klien merasa lebih kuat, porsi makan malam
habis 1 porsi sesuai dengan diit DM 1700 kalori, tapi sejak tadi malam klien
dipuasakan untuk menjalani pemeriksaan kadar gula darah puasa dan 2 J PP.
O : Klien tampak
segar dan kuat.
TD : 130/80, N
: 80x/mnt, suhu normal.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Intervensi no. 2
– 6 dilanjutkan.
E : Klien mengatakan akan terus berdisiplin dalam menjaga
kadar kalori makanannya.
R : Tujuan tercapai.
S : Klien mengatakan lukanya sudah membaik.
O : Luka semakin mengering, tapi pus yang sudah mengering
masih ada yang sulit untuk diambil.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Melihat istri
klien mengganti balutan klien secara mandiri, luka klien dimasase sambil
direndam dalam air hangat.
R : Tujuan tercapai sebagian.
S : Klien merasa kepalanya pusing kembali, ,porsi makan
yang dikonsumsinya dirasakan tidak mencukupi kebutuhannya.
O : Klien tampak lemah.
TD : 120/80
mmHg, N : 82 x/mnt kaki = tangan, suhu
normal.
Hasil
pemeriksaan GDP : 198 mg/dL
Hasil
pemeriksaan GD 2 J PP : 234 mg/dL
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Meriviu kembali tentang diit DM dan pentingnya variasi
dalam penyajian makana.
E : Istri klien akan mencoba membuat variasi dalam menu,
istri klien memberikan terapi injeksi insulin.
R : Tujuan teratasi sebagian.
S : Klien merasa kakinya sudah membaik.
O : Luka tampak lebih mengering, darah (+), pus mengering.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Mengganti balutan klien, memasase dan merendam kaki
klien dalam larutan air hangat dan PK.
E : Klien merasa lebih nyaman, luka tampak lebih bersih.
R : Tujuan tercapai sebagian.
S : Klien mengatakan kepalanya pusing kembali sehingga tadi
malam tidurnya terganggu, gatal-gatal pada ekstremitas atas.
O : Klien tampak lesu dan lemah.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Meriviu tentang strategi pemberian makan dan porsi yang
disesuaikan, istri klien memberikan injeksi insulin secara mandiri.
R : Istri klien mengatakan akan memebrikan makanan yang
bervariasi tapi memenuhi kadar DM yang telah ditentukan.
S : Klien mengatakan kakinya kesemutan lagi, luka sudah
mengering.
O : Luka sudah tampak lebih bersih, tes sensasi suhu dan
nyeri (+).
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Mengganti balutan luka, mengompres dengan larutan PK
dan memasase kaki klie.
E : Klien merasa lebih nyaman, luka lebih bersih dan
memerah.
S : Klien mengeluh kepala masih pusing, badan masih lemah.
O : Klien tampak kurang segar dan lemah.
TD : 110/70
mmHg, N : 84x/mnt di tangan, N : 100x/mnt.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Memberikan
suntikan insulin dan meriviu tentang diit DM.
R : Tujuan tercapai sebagian.
S : Klien mengeluh kakinya terasa nyeri, dan membengkak.
O : Kaki tampak bengkak, nadi di kaki yang bengkak lebih
cepat (100x/mnt).
A : Masalah tidak teratasi.
P : Intervensi dimodifikasi.
I : Menganjurkan klien untuk mengurangi minum dan
memposisikan kaki agak ke atas ketika tidur dengan disanggah oleh bantal.
Kaki tetap
dikompres dengan larutan PK, dimasase dan balutan diganti.
R : Sesudah dikompres klien merasa lebih nyaman.
S : Klien mengatakan bengkaknya sudah berkurang, nyeri kaki
juga mengurang.
O : Bengkak tampak berkurang.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensio dilanjutkan.
I : Tindakan merawat
luka dilanjutkan.
E : Klien tampak lebih merasa nyaman.
R : Tujuan tercapai sebagian.
|
|
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Setelah melaksanakan Asehan Keperawatan pada Ny.S dengan
Gangguan Endokrin Diabetes Militus Grad II yang menggunakan proses keperawatan
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Masalah kesehatan yang terjadi
pada Ny.S adalah DM Grad II masalah seperti perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi
sehubungan dengan DM Type II, perubahan perpusi jaringan ferifer sehubungan
dengan peningkatan gula darah, kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
luka akibat benturan dan riwayat DM, kelelahan berhubungan dengan sel tidak
mendapatkan energi dari glukosa, kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya
informasi akurat atau terbatasnya pengetahuan klien tentang penyakit.
2.
Penyakit DM ini sering
dihubungakan dengan adanya riwayat masa lalu.
3.
Gejalagejala dari penyakit DM
ini sangat mengganggu sekali kenyamanan penderitanya, maka perawatannya harus
benar-benar serius dan sesegera mungkin.
4.2.
Saran
1.
Bagi Klien
Rencana tindakan asuhan keperawatan yang sudah disusun hendaklah dilaksanakan
sesuai prosedur :
v Istirahat yang teratur
v Makanan rendah gula yang sesuai dengan gizi
v Kontrol ke rumah sakit secara rutin
2.
Bagi Perawat
Penyakit Dm ini memerlukan peran serta perawat dan
keluarga dalam perawatannya, maka perawata harus benar-benar memperhatikan
dalam perawatan penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
1.
Carpenito L.J., Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Pasien, EGC, Jakarta, 1999.
2. Corwin E.J., Buku Saku Patofisiologi, EGD, Jakarta, 1996.
3.
Poerges, Marilynn E., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,
Jakarta, 1993.
4.
Long Barbara C., Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3,
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan, Bandung, 1996
5.
Nasution S., Thomas M., Buku
Penuntun Membuat Tesis Skripsi Disertai Bumi, Aksara, Jakarta, 2001.
6.
Nursalam, Proses dan Dokumentasi Konsep dan Praktek, Salemba, Medika ,
Jakarta, 2001.
7.
Perkeni, Konsesnsus Pengelolaan Diabetes Militus di Indonesia, Yudigar,
Jakarta, 1998.
8.
Persatuan Diabetes Indonesia
Cabang Bandung, Simposium Pencegahan dan
Pengendalian Diabetes Serta Komplikasinya, Bandung, 1996.
9.
Rumahorbo, H., AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta, 1997
No comments :
Post a Comment