Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat
Dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri Di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
Tahun 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Ahli Madya Kesehatan Lingkungan
Oleh:
REZAL ADITHYA FIRDAUS
029K.A10.002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN YAPKESBI
KOTA SUKABUMI
2013
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat
Dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri Di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
Tahun 2013
Oleh:
REZAL ADITHYA FIRDAUS
029K.A10.002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN YAPKESBI
KOTA SUKABUMI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
merupakan upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan peningkatan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi. (Hariza 2011).
Pada hakikatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian
antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Bila bahaya di
lingkungan kerja tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan
bagi pekerjanya, di rumah sakit juga terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerjanya. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
kondisi lingkungan kerja yang rawan penularan penyakit dan adanya peralatan-peralatan
di rumah sakit yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan para pekerjaanya.
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai
peranan yang sangat penting guna kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan
atau rumah sakit. Oleh karena itu pemberdayaan tenaga kerja harus semaksimal
mungkin, disamping dipacu untuk berproduksi namun juga harus didukung dengan
upaya memberi perlindungan kepada tenaga kerja. Dampak lain yang timbul, akibat
interaksi pekerjaan dan lingkungan tempat kerja dalam suatu perusahaan
khususnya rumah sakit, yaitu dapat menimbulkan penyakit bagi pekerjaannya.
Berbagai kemungkinan risiko penyakit akibat kerja tersebut serta upaya
penanggulangannya, merupakan salah satu bentuk permasalahan aktual yang tumbuh
dan berkembang mengiringi setiap kemajuan dan perkembangan industri (Suma’mur,
1993).
Menurut data ILO setiap tahun di dunia terjadi 270
juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja,
kematian 2,2 juta serta kerugian finansial sebesar 1,2 triliun USD. Di
Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2009, terdapat
22.338 kasus dari total 96.314 kasus di tahun 2009 untuk kecelakaan pada usia
26-30 tahun. Persisnya sebanyak 65.568 kasus dari 96.568 kasus selama tahun
2009 terjadi dilingkungan kerja/ lokasi kerja atau sebesar 68,07%. Kecelakaan
kerja akibat dari kondisi berbahaya dan pengamanan yang tidak sempurna terjadi
sebanyak 57.626 kasus kecelakaan atau sebesar 58,15% dari total kasus. Selain
itu sebanyak 31.776 kasus kecelakaan kerja atau sebesar 32,06% dari total kasus
dikarenakan akibat tindakan berbahaya tenaga kerja dengan mengambil posisi yang
tidak aman.
Mengingat hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya
pencegahan, pengendalian kecelakaan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja dan menghindari risiko terjadinya kecelakaan kerja. Upaya yang efektif
untuk mencegah kecelakaan kerja, yaitu dengan menanggulangi sumber bahaya yang
ada (enginering control), mengatur jadual shift kerja dan waktu
istirahat (administrative control), tetapi jika kedua hal tersebut tidak
memungkinkan maka perlu penyediaan dan pemberian alat pelindung diri (APD)
kepada tenaga kerja (ILO, 1993).
RSUD SEKARWANGI telah menyediakan alat pelindung diri (APD) kepada perawat yang bertugas di ruang
rawat inap . Rumah sakit
sebagai tempat RSUD SEKARWANGI , mengikuti ketentuan UU No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, petugas di rumah sakit merupakan kelompok masyarakat
yang sangat berperan dalam menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan nyaman
sehingga mendukung pada upaya pencapaian standar
pelayanan kesehatan.
Para petugas kesehatan, khususnya dalam hal ini dari
perawat yang berjumlah 48 orang telah
diberikan tugas untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik di ruang rawat
inap. Mereka menjalankan tugas sebagai perawat dengan tiga (3) shift dalam
setiap minggunya,. Masalah dalam kepatuhan menggunakan alat pelindung diri
(APD), menjadi sebuah renungan dalam menjalankan tugas-tugas setiap harinya,
karena berhubungan langsung dengan pasien di tempat mereka bertugas, yang
berpotensi terhadap berbagai penyakit yang tanpa mereka sadari dengan dampak
risiko suatu penyakit dikemudian hari.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
ingin mengetahui mengapa
masih terdapatnya perawat yang dalam melaksanakan tugasnya tidak memakai alat
pelindung diri (APD). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Di RSUD
Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi, Tahun 2013”.
B.
Perumusan
Masalah
1.
Sejauhmana pengaruh tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung
diri ?
2.
Sejauhmana pengaruh sikap dengan
penggunaan alat pelindung diri?
3.
Sejauhmana pengaruh penyediaan alat pelindung diri dengan penggunaan alat pelindung diri?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan alat
pelindung diri di Ruang UGD RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, tahun 2013.
2.
Tujuan Khusus
a.
Diketahui pengaruh tingkat
pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri.
b.
Diketahui pengaruh sikap
dengan penggunaan alat pelindung diri.
c.
Diketahui pengaruh penyediaan
dengan penggunaan alat pelindung diri.
D.
Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dimulai pada bulan Juni –
Juli 2013
di Ruang UGD RSUD SEKARWANGI.
E.
Kegunaan
Penelitian
1.
Guna
Teoritis
a.
Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan teori yang didapat disesuaikan
dengan keadaan di lapangan sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
proses pembelajaran.
b.
Manfaat
Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat YAPKESBI
Sebagai masukkan dalam mengembangkan keilmuan kesehatan
dan keselamatan kerja.
2.
Guna
Praktis
a.
Manfaat
Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan digunakan dalam rangka
meningkatkan upaya penggunaan alat pelindung diri oleh para perawat di tempat
kerjanya yaitu ruang rawat inap sehingga
dapat mencegah dan mengendalikan potensi bahaya yang ada secara tepat di tempat
kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat
Pelindung Diri
1.
Pengertian
Alat pelindung diri adalah
alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan
yang mungkin timbul. Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia mengatakan APD
adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerjaan itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
Menurut OSHA atau Occupational
Safety and Heatl Administration, Personal Protective Equipment atau
alat pelindung diri (APD) dalam Nindiasa (2011,h.10) mendefinisikan APD adalah
alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hards) di tempat kerja,
baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan
lainnya.
Menurut Suma’mur P.K (1992),
APD adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi APD adalah salah satu cara untuk mencegah
kecelakaan, dan secara teknis APD tindaklah sempurna dapat melindungi tubuh
akan tetapi dapat (Nindiasa, 2011, h.10).
Menurut Budiono A,M,dkk.
(2003,h.329) APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungisebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi
akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini
sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun
pengendali administratif.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa APD adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja, baik sebagian maupun seluruh tubuh dari potensi terjadinya kecelakaan
di tempat kerja. Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja bukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, akan tetapi hanya sekedar mengurangi tingkat
keparahan dari kecelakaan.
2.
Persyaratan Alat
Pelindung Diri
Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri
harus mempunyai beberapa kriteria agar memenuhi persyaratan dalam penyediaan
yang antara lain :
a.
Alat pelindung harus
dapat memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus, sebagaimana
alat pelindung tersebut didisain,
b.
Enak dipakai pada
kondisi pekerjaan yang sesuai dengan disain alat pelindung tersebut,
c.
Tidak mengganggu pada
saat bekerja, dalam arti pelindung diri harus cocok dengan tubuh pemakainya dan
tidak menyulitkan gerak penggunanya.
3.
Pedoman Pemilihan Alat
Pelindung Diri
Tujuan
dari pemilihan alat pelindung diri (OSHA, 2000) adalah :
a.
Mengetahui
dengan baik potensi bahaya, jenis alat pelindung diri yang tersedia serta
kegunaannya.
b.
Membandingkan
bahaya yang ada di lingkungan kerja dengan
kemampuan alat pelindung diri yang tersedia.
c.
Memilih
alat pelindung diri yang mempunyai tingkat perlindungan yang lebih besar untuk
melindungi pekerja dari bahaya.
d.
Mengetahui
penggunaan, pemeliharaan, serta keterbatasan dari alat pelindung diri yang
digunakan.
4.
Jenis Alat Pelindung
Diri
Alat
pelindung diri, jenis atau macamnya beraneka macam. Jika digolongkan
berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dapat dilindungi, maka alat pelindung diri
meliputi perlindungan terhadap : kepala,
mata, muka, tangan, dan jari, kaki, alat pernapasan, telinga, dan tubuh (OSHA,
2002).
a.
Alat
Pelindung Kepala
Dalam program keselamatan alat pelindung kepala
adalah salah satu faktor yang penting. Semua pelindung kepala dirancang untuk
memberikan perlindungan terhadap dampak potensi bahaya yang disebabkan oleh
objek-objek yang jatuh. Pelindung
kepala juga dapat memberikan perlindungan dari shock dan luka bakar karena
listrik. Beberapa kelas dari alat pelindung kepala yang dapat memberikan
perlindungan secara khusus menurut OSHA, antara lain:
1)
Kelas
A, General service, untuk melindungi para pekerja yang bekerja di bagian
pemintalan, konstruksi, perkapalan, manufaktur, dan lainnya.
2)
Kelas
B, Utility service, untuk melindungi pekerja dari jatuhan benda, shock
akibat listrik, dan lainnya.
3)
Kelas
C, Special service, terbuat dari aluminium dan dilengkapi dengan lampu
khusus yang dipakai dipertambangan, perminyakan, konstruksi dan lainnya.
Material yang dipakai untuk pembuatan helmet harus tahan
air dan waktu terbakarnya lama. Selain pelindung kepala, tutup kepala (hairs
quard) yang terbuat dari kain, dapat mencegah terjadinya kecelakaan
khususnya pada pekerja wanita yang berambut panjang saat bekerja dengan mesin.
b.
Alat
Pelindung Mata dan Muka
Alat
ini dipakai oleh pekerja untuk melindungi agar pekerja tidak mengalami cidera
pada mata dan muka karena bahaya yang ada di tempat kerja.
Macam
alat pelindung mata dan muka meliputi, antara lain :
1)
Safety
spectacles, yaitu terbuat
dari metal atau palstik tanpa adanya pelindung samping. Jenis
ini paling banyak digunakan.
2)
Impact-resistent
spectacles, digunakan untuk perlindungan dari
material yang dihasilkan dari proses grinding, perkayuan, dan penghalusan.
3)
Goggles,
secara umum dipakai untuk melindungi mata dari percikan dan debu, dibuat khusus
sesuai dengan jenis bahaya.
4)
Welding shield,
terbuat dari fiberglass dan digunakan oleh pekerja pengelasan.
5)
Laser
safety goggles, digunakan
untuk perlindungan mata dari sinar laser.
6)
Face
shield, untuk melindungi
muka dan mata pekerja dari debu, percikan dan pancaran cairan kimia.
c.
Alat
Pelindung Telinga
Pajanan
kebisingan di tempat kerja yang melebihi nilai ambang batas sebesar 85 dBA dapat menyebabkan gangguan
pendengaran, stress, dan gangguan kenyamanan.
Alat
pelindung telinga adalah merupakan alat pelindung diri untuk melindungi telinga
ketika melakukan pekerjaan di tempat yang mempunyai intensitas kebisingan, yang
mengganggu kenyamanan kerja bahkan merusak organ pendengaran.
Dari
semua hal yang perlu dipertimbangkan, hal yang paling penting adalah memilih
alat pelindung pendengaran yang nyaman digunakan oleh pekerja atau petugas.
Alat pelindung telinga yang umumnya digunakan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
:
1)
Sumbat telinga (ear
plug)
Sumbat
telinga mempunyai kemampuan menurunkan kebisingan 3-30 dBA. Cara pemakaiannya
yaitu dengan memasukkan sumbat telinga pada saluran telinga luar dan dibuat
untuk semua ukuran. Jenis sumbat telinga ada dua macam, yaitu: disposable
(sekali pakai langsung buang) dan non-dispsable (dapat dipakai berulang
kali). Sumbat telinga ini
terbuat dari plastik, plastik foam, lilin, dan wol.
2)
Tutup telinga (ear
muff)
Tutup
telinga mempunyai kemampuan menurunkan kebisingan 20-40 dBA, sehingga daya
lindung terhadap kebisingan lebih tinggi dari ear plug. Tutup telinga dapat digunakan oleh semua orang dengan
ukuran telinga yang berbeda.
3)
Kombinasi antara sumbat
telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff)
Kombinasi
ear plug dengan ear muff efektif dipakai untuk melindungi pekerja
dari kebisingan sebesar 120-125 dBA.
d.
Alat
Pelindung Pernapasan
Alat
pelindung pernapasan adalah alat yang diperlukan oleh pekerja yang berada pada
daerah kerja yang membahayakan pernapasan karena udara di tempat tersebut sudah
terkontaminasi. Alat ini berfungsi untuk melindungi pernapasan pekerja dari
bahaya zat yang bersifat toksik dan partikel-partikel yang berbahaya bagi
saluran pernapasan, seperti : debu, kabut asap, uap, gas beracun, fumes, dan
berfungsi untuk pemasok oksigen. Secara
umum ada dua tipe dasar alat pelindung pernapasan, yaitu :
1)
Air purifying
respirator
Yaitu
alat pelindung pernapasan yang digunakan jika udara mengandung cukup oksigen
tetapi terkontaminasi zat yang berbahaya. Air purifying respirator
menggunakan replaceable filters (penyaring yang dapat diganti) untuk
menyaring bahan-bahan berbahaya dan atau mengabsorbsi pencemaran udara.
2)
Breathing apparatus
atau supplying respirator
Yaitu
alat pelindung pernapasan yang digunakan jika tidak cukup oksigen (kurang dari
19,5 %), dan tingkat pencermarannya cukup tinggi untuk dipertimbangkan Immediately
Dangerous of Life or Health (IDLH) atau jika air purifying
respirators tidak efektif. Alat ini terdiri dari tabung oksigen dan
mempunyai tutup muka yang dihubungkan dengan pipa penyalur oksigen.
e.
Alat
Pelindung Tangan dan Lengan
Alat
ini berfungsi sebagai pelindung tangan dan lengan dari cidera seperti terbakar.
terpotong, tergores, patah dan pajanan kimia akibat proses di tempat kerja.
Setiap pekerja harus mengetahui alat pelindung tangan dan lengan yang di
butuhkan sesuai dengan karakteristik bahaya melalui prosedur tes standar. Alat pelindung tangan harus memungkinkan jari dan tangan
dapat bergerak secara bebas. Harus dingat bahwa pemakaian sarung tangan pada
saat bekerja dengan mesin bor, mesin kempa dan lainnya dapat berbahaya karena
dapat tertangkap oleh putaran mesin. Sarung tangan dibuat dari material yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, secara umum dibagi menjadi empat
kelompok. yaitu :
1)
Terbuat
dari metal mesh, kulit atau kanvas. Sarung tangan ini dipakai untuk
melindungi pekerja dari panas, terbakar, terpotong dan suhu yang dingin.
2)
Terbuat
dari tenun dan lapisan tenun. Sarung tangan ini di pakai untuk melindungi
pekerja dari kotoran, teriris, luka, lecet. dan penanganan kimia di
laboratorium.
3)
Terbuat
dari karet (latex, nitrile, buty), plastik, dan karet sintesis. Sarung
tangan ini digunakan untuk melindungi pekerja dari iritasi, dermatitis akibat
zat kimia dan mengurangi risiko terinfeksi
cairan tubuh yang terkontaminasi sepcrti darah, urine dan sputum
4)
Terbuat
dari karet penyekat, sarung tangan ini di pakai untuk melindungi pekerja dari
solvent, asam peroksida. asam sulfur, asam nitrit, mencegah lecet tetapi dapat
menimbulkan reaksi alergi pada individu tertentu.
f.
Alat
Pelindung Kaki
Sepatu
pengaman harus dapat melindungi pekerja terhadap kecelakaan yang disebabkan
oleh barang berat yang jatuh keatas kaki, paku, logam cair. asam. Dan lainnya.
Untuk benar-benar aman sepatu harus dilengkapi dengan ujung berlapis baja dan
harus memakai alas baja didalam lapisan kulitnya terutama pada pekerja di
proyek bangunan. Tetapi pada jenis pekerjaan yang lain, seperti tukang listrik
maka harus mamakai sepatu yang tidak menghantarkan listrik (tidak mengandung
logam) untuk mengurangi resiko dan dampak yang timbul sehubungan dengan
pekerjaannya. Selain itu, untuk para pekerja yang bekerja di pabrik bahan
peledak, sepatu pengaman yang digunakan harus sepatu yang tidak menimbulkan
bunga api (tidak mengandung logam) untuk mencegah terjadinya ledakan.
g.
Alat
Pelindung Tubuh
Sama
seperti alat pelindung lainnya, pakaian pelindung berfungsi sebagai alat
pelindung terhadap bahaya di tempat kerja sehingga mencegah terjadinya cidera
pada bagian tubuh. Jenis alat pelindung tubuh terdiri dari apron, jaket, rompi,
jubah bedah dan full body suits. Material yang dipakai untuk membuat
pakaian pelindung bermacam-macam sesuai dengan kebutuhannya. Material yang di
gunakan diantaranya, antara lain :
1)
Terbuat dari serat
kertas, pakaian pelindung ini digunakan untuk melindungi dari debu dan percikan
cairan tertent. Pakaian pelindung ini bersifat disposable.
2)
Terbuat dari wol dan
katun, pakaian pelindung ini digunakan untuk melindungi pekerja dari debu,
goresan, dan iritasi pada permukaan tubuh.
3)
Terbuat dari kain
tenun. pakaian pelindung ini digunakan untuk melindungi pekerja dari akibat
benda tajam (terpotong) dan tergores pada permukaan yang kasar.
4)
Terbuat dari kulit.
pakaian pelindung ini digunakan untuk melindungi pekerja dari temperatur yang
panas, dan dari nyala api.
5)
Terbuat dari karet dan
plastik, pakaian pelindung ini digunakan untuk melindungi pekerja terhadap
cairan kimia, cairan tubuh pasien, dan cairan lainnya.
B. Faktor
yang mempengaruhi penggunaan APD
1.
Pengetahuan
a.
Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh melalui suatu proses
belajar. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sifat khas
dari belajar yaitu memperoleh seuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang
diperoleh, yang dahulu belum diketahui sekarang diketahui, yang dahulu belum
mengerti sekarang mengerti (Notoatmodjo, 2006).
b.
Tingkat
Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) ada 6 tingkatan dalam pengetahuan, antara lain :
1)
Mengetahui (Know).
Mengetahui
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2)
Memahami (Comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpestasikan materi
tersebut secara benar.
3)
Aplikasi (Application)
Aplikasi
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya) yaitu dengan menggunakan hukum, rumus, metoda, prinsip dan
situasi yang lain.
4)
Analisis (Analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini didapat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
5)
Sintesis (Sinthesys).
Sintesis
mengarah kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
c.
Kriteria
Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto
(2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala
yang bersifat kualitataif, yaitu:
1)
Baik : Hasil presentase
76-100 %
2)
Cukup : Hasil presentase 56-75 %
3)
Kurang : Hasil presentase < 55%.
2.
Sikap
a.
Pengertian
Sikap
Sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
objek. (Notoatmodjo, 2003).
Sikap adalah
respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).
Secord dan
Backman mendefinisikan sikap sebagai ”keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek dilingkungannya (Azwar Saifudin, 2007).
b.
Tingkat Sikap
Berdasarkan Intensitasnya
1) Receiving (menerima)
Menerima
diartikan bahwa seseorang/subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)
2) Responding (menanggapi)
Menanggapi
disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
objek yang dihadapi
3) Vaking (menghargai)
Menghargai
diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atau stimulus. Dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak,
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4) Responsible (bertanggung jawab)
Sikap yang
paling tinggi tingkatannya adala bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Proses
Pembentukan Sikap Seseorang
1)
Adanya akumulasi pengalaman dari
tanggapan-tanggapan tipe yang sama
2)
Pengamatan terhadap sikap lain yang
berbeda. Seseorang dapat menentukan sikap pro atau anti terhadap gejala
tertentu.
3)
Pengalaman (buruk atau baik) yang
pernah dialami.
4)
Hasil peniruan terhadap sikap pihak
lain.
(Sobur dan Alex, 2003).
d. Fungsi Sikap
Menurut
Etkinson (2004), fungsi sikap mempengaruhi tingkat konsistensi dalam memegang
sikap dan tingkat kemudahan mengubahnya. Dalam hal ini ada 5 fungsi sikap,
diantaranya:
1)
Kesediaan
Terjadinya
proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu bersedia menerima pengaruh
dari orang lain karena ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan
positif dari pihak lain tersebut biasa tidak berasal dari hati kecil seseorang
akan tetapi sekedar memperoleh reaksi positif atau pujian.
2)
Identifikasi
Proses
identifikasi apabila individu meniru prilaku atau sikap seseorang atau sikap
sekelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya
sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara pihak dia dan orang lain.
3)
Internalisasi
Internalisasi
terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh itu
dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan
sistem nilai yang dianutnya. Sikap yang demikian biasanya merupakan sikap yang
dipertahankan oleh individu.
3.
Pengertian Penyediaan APD
Cara terbaik untuk
mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan risikonya atau mengendalikan
sumbernya seketat mungkin. Tetapi jika hal itu tidak mungkin, maka perusahaan
wajib menyediakan alat pelindung diri (ILO, 1989).
Menurut OSHA (2000) alat pelindung diri
harus tersedia jika :
a.
Adanya
potensi bahaya pada lingkungan kerja terhadap tubuh pekerja.
b.
Adanya
potensi bahaya pada proses kerja terhadap tubuh pekerja.
c.
Selama
bekerja, adanya kemungkinan pekerja kontak dengan bahaya kimia, radiasi,
mekanik dan bahaya lainnya.
d.
Pengendalian secara engineering,
work practice, atau administrative controls tidak memadai.
BAB III
KERANGKA KONSEP,
HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka
Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara
variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2010)
Kerangka konsep mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 adalah sebagai
berikut :
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penggunaan
Alat Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun 2013
Variabel
Independen Variabel
Dependen
|
B. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. (Notoatmodjo, 2010)
Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep dan jenis data yang
tersedia, maka hipotesis penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Hipotesis
Nol
1.
Tidak Ada Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun
2013.
2.
Tidak Ada Pengaruh Sikap Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun
2013.
3.
Tidak Ada Pengaruh Penyediaan Alat
Pelindung Diri Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun
2013.
Hipotesis
Alternatif
1.
Ada Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun
2013
2.
Ada Pengaruh Sikap Terhadap Penggunaan
Alat Pelindung Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun
2013
3.
Ada Pengaruh Penyediaan Alat Pelindung
Diri Terhadap Penggunaan Alat Pelindung
Diri Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Tahun
2013
C. Definisi
Operasional
Tabel
3.1
Definisi
Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasinal
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Kategori
|
Skala
|
1.
|
Pengetahuan
|
Tingkat
pemahaman (responden) tentang APD, meliputi: pengertian, kegunaan/ manfaat,
waktu digunakan, peraturan, jenis, akibat/risiko, cara perawatan APD.
|
Memberikan
pertanyaan dengan patokkan nilai:
-
baik, apabila
nilai ≥
median.
- Kurang,
apabila nilai < median.
|
Kuesioner
|
1. Baik =
76-100%
Jawaban benar
2. Cukup =
57-75%
Jawaban benar
3.
Kurang
<56% Jawaban benar
|
Ordinal
|
2.
|
Sikap
|
Merupakan
reaksi/respons petugas perawat yang menyatakan setuju/tidak setuuju tentang
APD.
|
Memberikan
pertanyaan, dengan menggunakan skala
Likert :
Dengan
patokkan nilai :
-
baik, apabila nilai benar ≥ median.
- kurang,
apabila nilai < median.
|
Kuesioner
|
1. Baik =
76-100%
Jawaban benar
2. Cukup =
57-75%
Jawaban benar
3.
Kurang
<56% Jawaban benar
|
Ordinal
|
4.
|
Penggunaan
APD
|
Pemakaian alat pelindung diri dan penyediaan APD
(masker per bulan sebanyak 30 dus, hand scoon 17 dua) oleh perawat selama
melakukan pekerjaan di tempat kerja/ruangan.
|
Memberikan
pertanyaan dengan menanyakan kepada
petugas perawat dalam
penggunaan APD.
-
Baik, apabila
nilai ≥
median.
- Kurang,
apabila nilai < median.
|
Kuesioner
|
1.Menggunakan
Apabila skor > median. Dengan skor 51-100%
2.Tidak menggunakan Apabila skor <
median. Dengan skor 0- 50%
|
Nominal
|
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A.
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
rancangan studi cross sectional. Data
kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh
dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dari jalan
mengubah data kualitatif kedalam data kuantitatif. Data kuantitatif sering
dikaitkan dengan analisis statistik, sebab itu disebut data statistic.
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
B.
Variabel
Penelitian
Variabel
mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain
mengatakan bahwa variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2010)
1.
Variabel
Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (variabel terikat). (Notoatmodjo, 2010)
Variabel independen
dalam penelitian ini adalah Faktor Pengetahuan, Sikap dan Penyediaan Alat
Pelindung Diri.
2.
Variabel
Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen
adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. (Notoatmodjo, 2010)
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Ruang UGD RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi tahun 2013.
C.
Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. (Arikunto, 2010)
Populasi
yang diamati peneliti dalam penelitian ini adalah Perawat yang ada di Ruang UGD
RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi tahun 2013 yaitu sebanyak 20 responden.
2. Sampel
Sampel
adalah bagian dari populai yang dainggap mewakli populasinya. (Notoatmodjo,
2010)
Sampel
adalah sebagian objek yang diambil dari
keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi. (Arikunto,
2010)
Menurut Arikunto, bila
populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasinya lebih
dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25 persen sampel atau
lebih.
Oleh karena itu,
merujuk pada pernyataan diatas, dikarenakan populasi dalam penelitian ini
kurang dari 100 orang, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh populasi atau total population sampling
yaitu sebanyak 20
responden.
D.
Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian
adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Insrumen penelitian ini
dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi,
formulir-formulir lainnya yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010)
Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang dibacadan dijawab oleh responden peneliti.
Alasan pemilihan metode ini berdasarkan pada pertimbangan waktu dan tenaga
serta memberikan keleluasaan mengisi, sehingga responden tidak merasa terganggu
apabila dibandingkan dengan wawancara.
Kuesioner
atau instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk
pertanyaan tertutup. Dan dalam penentuan skala menggunakan Skala bentuk
pertanyaan tertutup (Closed Ended), dan
hanya disediakan tiga alternatif jawaban.
E.
Metode
Pengumpulan Data
1.
Teknik
pengumpulan data
Pengumpulan
data menggunakan :
a.
Sumber primer: Sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
b.
Sumber sekunder: Sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau dokumen. (Alimul Aziz, 2007)
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer, dan sekunder.
Data
primer dimana peneliti berbaur langsung dengan responden dalam pengisian
kuesioner. Sebelum pengisian kuesioner, hal utama dilakukan adalah informed consent sebagai bukti
persetujuan atas kesediaan responden.
Data sekunder
merupakan data yang mendukung data primer yang meliputi data demografis. Sumber
data sekunder diperoleh dari data Ruang UGD RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi tahun
2013.
F.
Uji
Coba Kuesioner
Uji
coba terhadap alat ukur dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian antara
pertanyaan yang terdapat pada alat ukur dalam menunjang kriteria
yang diharapkan dari penelitian.
1.
Uji
Validitas
Uji validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan sesuatu
instrument. (Alimul Aziz, 2007)
Validitas adalah suatu
indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.
(Arikunto, 2010)
Uji validitas
instrument menggunakan teknik korelasi “product
moment” yang rumusnya sebagai berikut:
Keterangan:
x : skors
pertanyaan ke n (misalnya ke-1, ke-2, ke-3 dan seterusnya)
y : skors
total
xy : skors total no x dikali skors total
N : jumlah responden (Notoatmodjo,
2012 :1l6)
Item valid jika Koefisien Korelasi antara skor
item dengan skor totalnya berharga ≥ 0,444. (24)
2.
Uji Reabilitas
Reabilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu
tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. (Alimul
Aziz, 2007)
Reliabilitas menunjuk
pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. (Notoatmodjo, 2010)
Pertanyaan yang sudah
valid dilakukan uji realibilitas, dengan cara membandingkan r tabel dengan r
hasil . jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak diawal output dengan
tingkat kemaknaan 5% (0.05) maka setiap pertanyaan/pernyataan kuesioner
dikatakan valid, jika r alpha lebih besar dari konstanta (0.6), maka
pertanyaan/pernyataan tersebut realibel.
Uji realibilaitas
menggunakan rumus Alpha cronbach dengan rumus :
Keterangan
:
k :
Jumlah Instrumen pertanyaan
:
Jumlah varians dari tiap
instrumen
:
Varians dari keseluruhan instrument
Varians butir
itu sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
σi2 : Varians butir pertanyaan ke-n
(misalnya ke-1, ke-2, dan seterusnya)
: Jumlah skor jawaban subjek untuk butir
pertanyaan ke-n.
G.
Pengolahan
Data
Dalam suatu
pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan
karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum
memberikan informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh
penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan
pengolahan data.
(Arikunto, 2010)
Pada
penelitian ini pengolahan data menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:
1.
Editing
Editing dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah
diisi dengan benar oleh responden. Pada tahap ini semua data diperiksa,
sehingga apabila ada pertanyaan yang belum diisi dapat ditanyakan langsung
kepada responden. Editing dilakukan di lapangan sehingga jika terjadi
kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah dilakukan perbaikan.
2.
Coding
Yaitu memberi kode, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
waktu tabulasi dan analisa data. Dalam penelitian ini, kode tersebut berupa
angka yang menunjukkan jawaban.
3.
Scoring
Tahap ini
meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil scoring
dari semua pertanyaan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi nilai 1 dan
jika salah diberi nilai 0.
4.
Entry
Data
yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer adapun program yang
digunakan adalah SPSS.
5.
Cleaning
Merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah dimasukan dilakukan
bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi
frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.
6.
Tabulating
Tabulasi data yang telah lengkap disusun
sesuai dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan kedalam tabel distribusi
frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai
tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah dibuat. (Arikunto,
2010)
H.
Analisa
Data
1.
Analisa
Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
proporsi dari variabel-variabel yang diamati. Tujuan dari analisis ini adalah
memaparkan secara sederhana sehingga dapat dibaca dan dianalisis secara
sederhana. Data yang diperoleh dikumpulkan, tiap indikator.
(Alimul Aziz, 2007)
Pengolahan data dilakukan dengan cara tabulasi,
kemudian di tentukan persentasenya. Keuntungan menggunakan persentase sebagai
alat untuk menyajikan informasi, pembaca laporan penelitian akan mengetahui seberapa jauh
sumbangan tiap-tiap bagian didalam keseluruhan konteks permasalahan yang sedang
dibicarakan. (Alimul Aziz,
2007)
Adapun rumus persentase adalah :
P =
|
F
|
X 100%
|
N
|
Keterangan :
P
= Persentase
F =
Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
N
= jumlah
frekuensi maksimal
Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan seperti diuraikan diatas,
kemudian nilai ini dimasukan ke dalam kriteria objektif sebagai berikut:
a.
Baik : Hasil persentase 76% - 100%
b.
Cukup : Hasil persentase 56% - 75%
c.
Kurang : Hasil persentase < 55% (Arikunto,
2010)
2.
Analisa
Bivariat
Analisis Bivariat
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. (Alimul Aziz, 2007)
Analisa
bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistic. Untuk
menguji hubungan menggunakan rumus Chi-square.
Rumus uji Chi-square:
X2=
|
(fo-fe)2
|
|
Fe
|
Keterangan:
X2 =
Chi-square
fo =
data atau frekuensi observatif
fe = data atau frekuensi
expected (yang diharapkan)
Bila hasil analisa
diperoleh nilai p<0,05 maka secara statistik disebut bermakna dan jika nilai
p>0,05 maka hasil perhitungan disebut tidak bermakna. H0 diterima apabila
Chi-square hitung lebih kecil dari table dan H0 ditolak apabila Chi-square
hitung lebih besar atau sama dengan harga table. (Arikunto, 2010)
Analisis bivariat dalam
penelitian ini berfungsi untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Di RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, Tahun 2013.
I.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi
Penelitian
Lokasi
yang dijadikan lahan penelitian ini di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi,
Tahun 2013.
2.
Waktu
Penelitian
Waktu penelitian dimulai
dari bulan Juni-Juli 2013.
J.
Etika
Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitan, mengingat
penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan. (Alimul Aziz, 2007)
Masalah etika yang
harus diperhatikan antara lain:
1.
Informed
Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka
harus menandatangani
lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peteliti harus menghormati hak pasien.
2.
Menghormati
Martabat
Penelitian
yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian).
Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.
3.
Asas
Kemanfaatan.
Penelitian
yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh
dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang
akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan
dan harus menjaga kesejahteraan manusia.
4.
Berkeadilan.
Dalam melakukan penelitian, perlakuannya sama dalam
artian setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi
manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus
seimbang.
5.
Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
6.
Kerahasiaan
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelti, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
No comments :
Post a Comment