STARFLAZZ---Kesendirian bukanlah perasaan terburuk, tetapi dikelilingi orang yang ngebuat Loe ngerasa sedirianlah perasaan terburuk. ^_^

Thursday 4 December 2014

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN CISARUA KECAMATAN CIKOLE KOTA SUKABUMI TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat yang senantiasa Allah limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini yang berjudul  “FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN CISARUA KECAMATAN CIKOLE KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 ”.
KTI  ini disusun untuk  memenuhi persyaratan memperoleh gelar D3 keperawatan di Poltekes Yapkesbi Sukabumi. Dalam pembuatan KTI ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Rijar Riyanto, SKM.M.MKes selaku direktur POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI. 
2.    Dewi Erna Marisa,S.Kep.Ners selaku ketua Prodi Keperawatan POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI dan selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu, memberi motivasi, arahan,  bimbingan, serta masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3.    Ayep Saepurrahman,S.Kep.Ners selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberi motivasi, arahan,  bimbingan, serta masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4.    Puskesmas Sukabumi yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
5.    Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa-mahasisiwi keperawatan Poltekes Yapkesbi, terima kasih atas partisipasi dan dukungan yang telah diberikan.
6.    Semua pihak yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan sehingga dapat terselesaikannya KTI ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan KTI ini, Amin.
Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan dunia Kesehatan Masyarakat.


Sukabumi , mei  2011

Penulis









ABSTRAK


Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi 2011

NAMA: ASEP DIAN HERYANTO
PRODI: DIII KEPERAWATAN


IX, V BAB, 78 halaman, 12 tabel, 1 bagan, 12 lampiran
Salah satu penyakit menular diantaranya disebabkan oleh virus dengan perantara nyamuk. Penyakit yang kini kita kenal sebagai DBD pertama kenal di Filipina pada tahun 1953. Gejala klinis yang muncul diketahui akibat infeksi virus dengue, yang berhasil diisolasi di Filipina pada tahun 1956. Dua tahun kemudian, keempat tipe virus berhasil diisolasi di Thailand. Selang tiga dekade berikutnya, penyakit DBD ditemukan di Kamboja, Cina, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilangka,Vietnam, dan beberapa wilayah di Kepulauan Pasifik.
Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini untuk Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kepala keluarga di kelurahan cisarua sebanyak 4.128 kepala keluarga dan sampel yang diambil menggunakan metode ordinal sampling sebanyak 98 resonden. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner.
Hasil penelitian ini adalah dari 98 Responden ternyata 70 responden pernah sakit, berdasarkan hasil uji Chi-square ternyata dari 4 variabel yaitu kebiasaan menggantungkan pakaian, frekuensi pengurasan air, penutupan tempat penampungan air dan pengetahuan responden terhadap penyakit DBD terdapat hubungan dan variabel yang paling erat hubungannya adalah kebiasaan responden.

Kata Kunci        : DBD, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD
Daftar pustaka  : 12 (2001-2011)
Website             : 3



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. ix
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................... 5
C.     Tujuan penelitian....................................................................... 6
1.      Tujuan umum..................................................................... 6
2.      Tujuan khusus.................................................................... 6
D.    Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 7
E.     Manfaat Penelitian.................................................................... 8
1.      Bagi Peneliti....................................................................... 8
2.      Bagi Institusi Pendidikan.................................................. 8
3.      Bagi puskesmas.................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan teori................................................................................. 9
1.      Konsep Pengetahuan.............................................................. 9
a. pengertian pengetahuan...................................................... 9
b. tingkat pengetahuan........................................................... 10
c. cara memperoleh pengetahuan............................................ 12
d. faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.............. 13
e. Kriteria tingkat pengetahuan.............................................. 16
2. .. konsep dasar DBD................................................................. 17
a.    Pengertian.......................................................................... 17
b.    Etiologi.............................................................................. 19
c.    Penularan........................................................................... 20
d.   Fatofisiologi....................................................................... 20
e.    Pemeriksaan penunjang...................................................... 21
f.     Klasifikasi.......................................................................... 22    
g.      Tanda dan gejala ............................................................... 24
h.    Epidemiologi Penyakit DBD............................................. 25

i.      Pengobatan........................................................................ 29

j.      Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD................ 29
k.    Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD........... 32
B.... Kerangka Konsep, Hipotesis dan Defnisi Operasional................. 35
1.      Kerangka Konsep................................................................... 35
2.      Hipotesis................................................................................. 36
3.      Definisi Operasional .............................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.      Rancangan Penelitian.................................................................. 39
B.       Populasi dan Sampel................................................................... 40
C. . Besarnya Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel ...................... 41
D. . lokasi  dan Waktu Penelitian ...................................................... 42
E. .. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian................. 42
F. .. Teknik Pengolahan Data............................................................. 45
G. . Teknik Analisa Data ................................................................... 46
H... Langakh-Langkah Penelitian....................................................... 49
I. ... Etika Penelitian ...................................................................... ....50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................ 52
B.     Hasil Penelitian............................................................................ 56
C.     Pembahasan................................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 77
B.     Saran............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR TABEL



Tabel
Judul
Halaman

Tabel 2.1

Definisi Operasional

38
Tabel 4

Tabel.4.1
 Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel.4.4
Tabel.4.5
Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10
Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan
Kebiasaan Menggantungkan Pakaian
Penutupan tempat penampungan air
Frekuensi pengurasan tempat penampungan air
Pengetahuan kepala keluarga tentang penyakit DBD
Kejadian DBD
Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian Dengan Kejadian DBD
Hubungan tempat penampungan air ditutup rapat dengan kejadian DBD
Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air Dengan Kejadian DBD
Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD Dengan Kejadian DBD
Odds Rasio






DAFTAR BAGAN



Bagan  
Judul
Halaman

Bagan  2.1

Kerangka Konsep

36




































Daftar Lampiran
NO.
Judul Lampiran
1
Kuisioner penelitian
2
Informed Consent
3
Lembar Persetujuan Responden
4
Uji  Validitas
5
Cara Perhitungan chi- square
6
Kisi-kisi Instrumen
7
Rekapitulasi pengetahuan kepala keluarga mengenai penyakit DBD
8
Rekapitulasi variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD
9
Peta wilayah kelurahan Cisarua
10
Kartu Bimbingan Kti
11
Permohonan Studi Pendahuluan
12
Permohonan ijin penelitian


     



LEMBAR PERSETUJUAN

Profosal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan
Politeknik Kesehatan YAPKESBI Kota Sukabumi






Pembimbing I


Dewi Erna M, S.kep.,Ners.
Sukabumi, 16 April  2011


Menyetujui,
Pembimbing II


Ayep Saepurahman S.Kep., Ners.


                                                          

Mengetahui,
Ka. Prodi D III Keperawatan



Dewi Erna M, S.kep.,Ners.
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Dewan Penguji KTI Program Studi D III Keperawatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi guna memenuhi sebagian syarat  untuk memperoleh gelar Diploma III Keperawatan


Mengesahkan
Program Studi D III Keperawatan
Politeknik Kesehatan YAPKESBI Sukabumi

Ketua Penguji :


Dewi Erna M, S.kep.,Ners.
Penguji I


Ayep Saepurahman,S.Kep,Ners
Penguji II


Djauhari Muas,SKM,MM.Kes
Description: usttad mODERN.jpgLembar Persembahan
Ya Allah Tuhanku, Yang Maha Segalanya Yang Memiliki Langit Dan Bumi Serta Isinya, Sembah Sujud Syukurku Tak Hentinya Aku Panjatkan Kehadirat Mu Atas Rahmat & Anugrah Yang Telah Engkau Berikan Untukku. Maafkanlah Segala Dosaku Berikanlah Surgamu Untuku.
Karya Ini Kupersembahkan Untuk Orang-Orang Tercinta Yang Berada Disekitarku, Yang Senantiasa Memberikan Semangat Untuk Terus Berkarya, Memberikan Cerita Dalam Setiap perjalanan Hidup.
Pak, Mah Kalian Adalah Hidupku, Memberikan Segala Kasih Sayang, Memberikan Nasehat, Memberikan Segalanya. Disetiap Susah Kalian Memberikan Penerang, Disetiap Ku Lelah Kalian Memberikan Tenaga, Disetiapku Bahagia Kalian Tersenyum Memujiku. Ya Allah Berikanlah Kasih Sayang Untuk Mereka Sebagaimana Mereka Memberikan Kasih Sayang Untuku, Berikanlah Surgamu Untuk Mereka, Tempatkanlah Mereka Dalam Golongan Orang-Orang Yang Kau Ridhoi. Pak, Mah Kata-Kata Yang Terucap Untuk Memberi Bekal Hidupku Senantiasa Akan Selalu Kujaga Dan Kuingat Sampai Akhir Hayatku.
Untuk Guru-Guruku Terimaksih Atas Bimbingan Dan Pelajarana Yang Kalian Berikan, Aku Sadar Kalian Banyak Memberikan Ilmu Yang Bermanfaat Yang Tadinya Tidak Tahu Sehingga Tahu, Jasa-Jasa Kalian Akan Selaluku Kenang Takanku Lupakan Semoga Semua Yang Kalian Berikan Menadapat Balasan Dengan Kebahagiaan.
Teman-Temanku Kan Selalu Ku Ingat Disaat Kita Bersama, Berjuang Mencari Yang Bermanfaat, Mengasih Disetiap Kekurangan, Mengisi Disetiap Kekosongan, Tawa Candamu Kan Salalu Teringat Untuk Membuatku Tersenyum Disetiap Ku Mengeenangmu.
Terimakasih Semuanya, Terimakasih Atas Semuanya....
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Description: 12112009032.jpg
A.    Identitas
Nama Lengkap                        :   Asep Dian Heryanto
Tempat / Tanggal Lahir           :  Cianjur, 05 Oktober 1989
 Alamat                                     :   Kp. Gelarkubang RT/RW 21/09 Kel. Sinarlaut Kec. Agrabinta Kab. Cianjur
B.     Riwayat Pendidikan
1.   SDN Tenjolaut                              : Tahun 1996-2002
2.      SMPN 3 Agrabinta                       : Tahun 2002-2005
3.      SMAN 1 Sukanagara                    : Tahun 2005-2008
4.      POLTEKES YAPKESBI             : Tahun 2008-2011


 










Lampiran 7
 

Lampiran 5
 

Lampiran 3
 

Lampiran 1
 
                      



i             ii            iii           iv           v          vii           viii            xii          xiii           xiv


Lampiran 2
 

Lampiran 4
 

Lampiran 6
 

Lampiran 8
 

Lampiran 9
 

Lampiran 10
 

Lampiran 11
 

Lampiran 3
 

Lampiran 3
 

Lampiran 3
 

Lampiran 3
 
 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan (http://id.wikipidia.org, diakses tanggal 29 maret 2011).
Pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial (http://afand.abatasa.com, diakses tanggal 29 maret 2011).
Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Keempat dimensi kesehatan diantaranya Kesehatan fisik yang mana  apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.
Sedangkan lawan dari kesehatan maka muncul adanya penyakit, Penyakit bisa diartikan suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya (http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit, di akses tanggal 28 maret 2011).
Dari berbagai macam penyakit sebagian bisa disimpulkan dengan adanya penyakit menular dan penyakit tidak menular, penyakit menular diantaranya TBC,HIV,DBD sedangkan penyakit tidak menular diantaranya DM, Asma dan masih banyak penyakit yang lainnya.
Salah satu penyakit menular diantaranya disebabkan oleh virus dengan pelantara nyamuk. Penyakit yang kini kita kenal sebagai DBD pertama kenal di Filipina pada tahun 1953. Gejala klinis yang muncul diketahui akibat infeksi virus Dengue, yang berhasil diisolasi di Filipina pada tahun 1956. Dua tahun kemudian, keempat tipe virus berhasil diisolasi di Thailand. Selang tiga dekade berikutnya, penyakit DBD ditemukan di Kamboja, Cina, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilangka,Vietnam, dan beberapa wilayah di Kepulauan Pasifik (dr. Genis Ginanjar,2007;4).
Insidensi global dari penyakit DBD meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terahir. Penyakit DBD kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara Afrika, Amerika, Mediterinea Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (dr. Genis Ginanjar,2007;4)
Korban akibat DDB diperkirakan terus bertambah terutama pasca banjir, pergantian musim, dan pada waktu curah hujan jarang terjadi dimana banyak penampungan air seperti vas bunga, tendon air/ water toren, bak mandi, tempayan serta ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dan sebagainya yang dekat dengan lingkungan pemukiman penduduk tidak dibersihkan, sehingga menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti penular DBD (http://aa-dbd.blogspot.com/).
WHO saat ini memperkirakan mungkin ada 50 juta infeksi Dengue di seluruh dunia setiap tahun. Tidak hanya jumlah kasus meningkat sebagai penyakit menyebar ke daerah-daerah baru, tetapi wabah terjadi ledakan Pada tahun 2007, Venezuela melaporkan lebih dari 80 000 kasus, termasuk lebih dari 6 000 kasus DBD (WHO,2009)
 Sebelum 1970 hanya sembilan negara telah mengalami epidemi DBD, telah meningkat lebih dari empat kali lipat pada 1995. (WHO, 2009)
Demam berdarah Dengue terbesar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Kariba. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah Tanah Air. Insiden Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas Demam Berdarah Dengue (DBD) cendrung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999 (Aru W. Sudoyo,dkk,2006:173).
Di indonesia, penyakit DBD kali pertama dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, namun, konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru didapat pada tahun 1970 (dr. Genis Ginanjar, 2007;8).
Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), sejak Januari – Oktober 2009, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81) (http://aa-dbd.blogspot.cm).
Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal), ujar Prof. Tjandra (http://aa-dbd.blogspot.com/).
Kota Sukabumi pada tahun 2009 terdapat 1388 kasus DBD termasuk dan pada tahun 2010 kasus bertambah menjadi 1600 kasus DBD. Untuk 2010 saja dari 1600 terdapat 9 orang yang termasuk DSS(Dengue syok sindrom), diantaranya dari kecamatan cikole terdapat 4 orang, kecamatan citamiang 2, baros 1, warudoyong 1 dan lembur situi 1.
Untuk wilayah kerja Puskesmas Sukabumi data yang diperoleh mengenai penyakit DBD sebagai berikut:
NO
KELURAHAN
JUMLAH KASUS DBD DALAM TAHUN
2007
2008
2009
2010
1
KEBON JATI
51
27
48
47
2
CISARUA
38
48
107
110
3
SUBANGJAYA
38
25
66
65

JUMLAH
127
100
221
222

Dari tabel di atas  dapat diketahui jumlah penderita DBD pada tahun 2010 di wilayah kerja puskesmas sukabumi yaitu sebanyak 222 orang dimana dari tahun 2008 – 2010 mengalami peningkatan. Untuk tahun 2010 dari data puskesmas dari 222 kasus diantaranya 3 termasuk DSS (Dengue Syok Sindrom), 80 termasuk DD ( Demam Dengue) dan 139 termasuk Dengue Hemorgic Fever (DBD).
Dilihat dari tabel yang kasusnya terjadi peningkatan terus yaitu Kelurahan Cisarua. Kelurahan cisarua sendiri berdasarkan data puskesmas pada tahun 2010 dilihat dari klasifikasi DBD dari 110 kasus 1 diantaranya adalah DSS(Dengue syok sindrom), untuk  DHF (Dengue Hemoragik  Fever) 69 kasus dan DD (Demam Dengue) sebanyak 40. (puskesmas,2011).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011?.

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor -faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
2.      Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi kebiasaan responden menggantung pakaian di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
b.    Mengidentifikasi tempat penampungan air ditutup dengan rapat di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
c.    Mengidentifikasi frekuensi pengurasan tempat penampungan air di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
d.   Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
e.    Mengidentifikasi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
f.     Mengidentifikasi hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
g.    Mengidentifikasi hubungan antara tempat penampungan air ditutup dengan rapat dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
h.    Mengidentifikasi hubungan antara frekuensi pengurasan tempat penampungan air dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
i.      Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan responden tentang Demam Berdarah Dengue (DBD dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
j.      Mengidentifikasi faktor yang paling erat hubungannya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011.
D.    Rang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) yang meliputi kebiasaan menggantung pakaian, tempat penampungan air ditutup dengan rapat, frekuensi pengurasan tempat penampungan air, pengetahuan responden tentang Demam Berdarah Dengue (DBD), mengidentifikasi kejadian kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan faktor yang paling erat hubungannya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).
E.     Manfaat
1.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi faktor-fakor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011 selain itu  Peneliti ingin lebih mengembangkan ilmu tentang kesehatan ataupun ilmu tentang penelitian.
2.      Bagi Puskesmas
Membantu dalam memberikan informasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2011 sehingga bisa membantu dalam menyelesaikan permasalahan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bagi Puskesmas.
3.      Institusi Pendidikan
Sebagai kerangka acuan dalam perbandingan KTI selanjutnya, serta sebagai perbandingan mutu mahasiswa serta meningkatkan mutu pembelajaran.
4.      Bagi Masyarakat
Hasil peneliti ini masyarakat diharapkan mampu bekerja sama dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam meminimalkan faktor – faktor yang berhubungan dengan DBD.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan teori     
1.      Konsep pengetahuan
a.      Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penghindaran terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra pengihatan, pendengaran, penciuman , rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata  dan telinga. (Notoatmojdjo,2007:139)
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab “what” misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa suatu itu dari hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan. (Notoatmodjo.2003: 120)
Pengetahuan adalah yang selama ini di peroleh melalui proses bertanya selalu ditunjukan untuk mendapatkan kebenaran. Pengetahuan ini benar jika konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada dan sudah dibuktikan. (Varney,2002:84)
Pengetahuan adalah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi baik yang diperoleh dari pengalaman langsung maupun orang lain. (Notoatmodjo,2003:112)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). (Notoatmodjo, 2003: 122)
b.      Tingkat Pengetahuan
       Pengetahuan atau kognitif  merupakan  domain  yang  sangat penting  untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
       Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif  mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoadmodjo, 2003: 127).
1)      Tahu  (Know)
       Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata  kerja  untuk  mengukur  bahwa  orang  tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,  mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2)      Memahami  (Comprehention)
       Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan  secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat  menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham  terhadap objek atau  materi terus dapat  menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3)      Aplikasi  (Application)
       Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan  materi  yang  telah  dipelajari  pada  situasi  ataupun  kondisi  riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat  diartikan  aplikasi atau  penggunaan  hukum-hukum,  rumus, metode,  prinsip  dan  sebagainya  dalam  konteks  atau  situasi  yang lain.
4)      Analisis  (Analysis)
       Analisis  adalah  suatu  kemampuan  untuk  menyatakan  materi  atau  suatu  objek  kedalam  komponen-komponen  tetapi masih  di  dalam  struktur  organisasi  tersebut  dan  masih  ada  kaitannya  satu  sama lain.
5)      Sintesis  (Syntesis)
       Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di  dalam  suatu keseluruhan  yang  baru. Dengan  kata  lain  sintesis  adalah  suatu kemampuan untuk  menyusun  formulasi  baru  dari  formulasi  yang ada.
6)      Evaluasi  (Evaluation)
       Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan  justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang  ditentukan  sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c.      Cara Memperoleh Pengetahuan
       Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoadmojo. 2003:11) adalah sebagai berikut :
1)      Cara  kuno untuk memperoleh pengetahuan
a)      Cara  coba  salah  (Trial  and  Error)
       Cara  ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b)  Cara  kekuasaan  atau  otoritas
     Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
2)      Berdasarkan  pengalaman  pribadi
     Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
3)      Cara modern  dalam memperoleh pengetahuan
       Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon, kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

d.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1)        Pengalaman
Pengalaman adalah yang pernah dialami (dijalani, dirasakan, ditanggung) (Kamus Besar bahasa indonesia 2003:52).
Memecahkan persoalan–persoalan hidup dengan menggunakan pengalaman dalam banyak hal yang sangat berguna. Banyak kesulitan-kesulitan dapat dipecahkan dengan pengalaman-pengalaman.
Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan  dengan memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. (Hadi, 2003:43)
2)      Umur
Umur adalah suatu usia yang terhitung mulai saat melahirkan sampai saat ulang tahun terakhir. (Varney,202:751)
Semakin cukup umur tingkat kematangan kekuatan orang yang lebih dipercaya dari orang-orang yang cukup kedewasaanya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. (Nur Salam,2003:74)
Umur menurut Elisabet BH yang dikutip Nursalam (2003:54) adalah usia terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kamampuan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Menurut Notoatmodjo (2002:56), usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena tambahnya usia biasanya lebih dewasa pula intelektualnya.
3)      Pendidikan
Pedidikan seseorang mempengaruhi tatacara pandangannya terhadap diri dan lingkungannnya kareana itu akan tingkat seseorang yang berpendidikan rendah dalam menyikapi proses dan berinteraksi selama konseling berlansung. (Latipu, 2002: 76)
Menurut Notoatmodjo (2002:35) sampai saat ini pendidikan memegang peran penting pada saat setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan ,dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah sehingga mudah dalam menerima  atau menagadopsi perilaku baru.
Menurut sarwono (1992) yang dikutip Nursalam (2003:45), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat yang akhirnya akan mempengaruhi pola pikir dan daya nalar seseorang.
4)      Lingkungan
Manusia mengadakan interaksi dalam proses kehidupannya baik dalam lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dimana kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku individu, keluarga, kelompok, norma, adat istiadat yang beraku di masyarakat (Nasrul Efendi,2002:45)


5)      Sosial Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya, dengan adanya perekonomian yang cukup berarti lingkungan material lebih luas menjadi tinggi rendahnya status sosia ekonomi salah satunya adalah penghasilan. (Siswoyo,2002:54)
6)      Tradisi atau kebudayaan
Tradisi atau kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, niai-nilai dan penggunaan sumber didalam suatu masyarakat bersama, tradisi atau kebudayaan selalu berubah baik lambat maupun cepat sesuai dengan peradaban manusia. Tradisi mempunyai  pengaruh yang dalam terhadap perilaku selanjutnya perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari tradisi atau kebudayaan. Tradisi dapat mempengaruhi seseorang untuk suatu melakukan tindakan. (Notoatmojdo, 2002: 75)
e. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Tahu adalah Pengetahuan tentang informasi tertentu, lalu bahwa sesuatu terjadi, tahu memang demikian bahwa pengetahuan seseorang terdiri dari tingkat baik, sedang, kurang. (Arikunto,2006)
1)                        Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan adalah  tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengatahui, memahami, mengaplikasi, mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik  jika seseorang mempunyai 76%-100% pengetahuan. (Arikunto, 2006: 71).
2)      Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana  seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasi, menganalisis mensintesis dan mengevauasi tingkat pengetahuan dapat dikatakan sedang jika seseorang mempunyai 56% - 75% pengetahuan. (Arikunto, 2006: 72).
3)      Tingkat pengetahuan kurang
Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat  Pengetahuan dimana seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi, mensintesis dan mengevaluasi tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika seseorang mempunyai ≤55% pengetahuan. (Arikunto, 2002: 72)

2.      Konsep dasar DBD
a.      pengertian
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositepenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)  atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrom) adalah demam yang ditandai oleh renjatan/syok (Aru W. Sudoyo, dkk, 2006:170).
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (albovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Dengue adalah infeksi yang ditularkan melalui nyamuk yang dalam dekade terakhir ini telah menjadi perhatian kesehatan publik internasional utama. Dengue ditemukan dalam dan sub-tropis daerah tropis di seluruh dunia, terutama di perkotaan dan semi-perkotaan. (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/).
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa demam berdarah dengue (DBD) dan demam dengue (DD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes dengan manifestasi klinis seperti demam nyeri otot dan nyeri sendi.

b.      Etiologi
Demam dengue dan demem berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dengan perantara nyamuk aedes, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flaviviridae merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan  DAN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, japanese encehphalitis dan west nile virus.

c.       Penularan
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus aedes (terutama aedes aegypti dan aedes albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang  berisi air jernih (bak mandi,kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan tranmisi virus dengue yaitu: 1). Vektor: perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain, 2). Penjamu: terdapatnya penderita dilingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin, 3). Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.

d.      Fatofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
e.       Pemeriksaan penunjang
1)      Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosa pasti didapatkan dari hasil isolosi virus dengue maupun deteksi antigen virus RNA dengue. Namun karena tekhnik yang lebih rumit, saat ini  tes serologi yanng mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupum IgG.
Parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:
a)      Leukosit :
b)      Trombosit
c)      Hematokrit
d)     Hemostatis
e)      Imun serologi
f)       Imunologi serologi
Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG.
IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 menghilang setelah 60-90.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari kr-2.
2)      Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemotoraks kanan tetapi apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemotoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan ( pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
f.       Klasifikasi
Menurut Aru W. Sudoyo (2006:173)
DD/DBD
Derajat
Gejala
Laboratorium
DD

Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro orbital, mialgia,artralgia
Leukopenia,trombositopenia, tidak di temukan bukti kebocoran plasma,serologi dengui positif
DBD
I
Gejala di atas ditambah uji bendung positif
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma
DBD
II
Gejala di atas di tanmbah pendarahan spontan
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma, serologi dengui positif
DBD
III
Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma, serologi dengui positif
DBD
IV
Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma, serologi dengui positif
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I     :            Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II   :            Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III :            Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80, 120/100, 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
Derajat IV  :            Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
g.      Tanda dan gejala
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan, contohnya ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala lainnya adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
1)      Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2)      Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 2 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
3)      Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
4)      Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok/kematian.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
h.      Epidemiologi Penyakit DBD
Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment).
1)      Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.
Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.
2)      Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.
Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:
a)    Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir.
b)   Jenis Kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
c)    Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan
antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.
d)   Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.
e)    Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).
3)      Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:
a)      Letak Geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).
Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Satari, 2002).
b)      Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.

i.        Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu biji. Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue.
Bahan itu juga meningkatkan trombosit tanpa efek samping. Masyarakat mesti memperhatikan informasi penting ini. Berdasarkan hasil kerja sama dalam uji pre klinis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3) siang, ekstrak daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dengue (DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak daun jambu biji dikonsumsi
j.        Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
Strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
1)      Cara pemutusan rantai penularan
Ada lima kemungkinan cara memutuskan rantai penularan DBD:
a)      Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita. Tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat anti virus tersebut.
b)      Isolasi penderita agar tidak digigit vektor sehingga tidak menularkan kepada orang lain.
c)      Mencagah gigitan nyamuk sehingga orang sehat tidak ditulari.
d)     Memberikan imunisasi dengan vaksinasi.
e)      Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang lain.
2)      Cara pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti
Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005).
a)      Fisik
Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M”, yaitu: Menguras (dan menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain); dan Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain). Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah ”3M” plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
b)      Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
c)      Biologi
Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti).


3)      Cara pencegahan
a)      Memberikan penyuluhan serta informasi kepada masyarakat untuk membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan diri dengan pakaian dan menggunakan obat gosok anti nyamuk.
b)      Melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor nyamuk, mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan membuat rencana pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.
4)      Penanggulangan wabah
a)      Menemukan dan memusnahkan spesies Aedes aegypti di lingkungan pemukiman, membersihkan tempat perindukan nyamuk atau taburkan larvasida di semua tempat yang potensial sebagai tempat perindukan larva Aedes Aegypti.
b)      Gunakan obat gosok anti nyamuk bagi orang-orang yang terpajan dengan nyamuk (Kandun, 2000).
k.      Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD
Menurut hasil penelitian Widyana (1998), faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian DBD adalah:
1)      Kebiasaan menggantung pakaian
Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN dan 3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar merupakan kegiatan yang mesti dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi.
2)      Siklus pengurasan TPA > 1 minggu sekali.
Salah satu kegiatan yang dianjurkan dalam pelaksanaan PSN adalah pengurasan TPA sekurang-kurangnya dalam frekuensi 1 minggu sekali
3)      TPA yang berjentik, halaman yang tidak bersih dan anak dengan golongan umur 5-9 tahun.
Hasil penelitian Nugroho (1999) faktor–faktor yang mempengaruhi penyebaran virus dengue antara lain:
a)      Kepadatan Nyamuk
Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu berupa bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat perindukan nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara teratur dan mengubur barang bekas.
b)      Kepadatan Rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat ditularkan kepada tetangganya.
c)      Kepadatan Hunian Rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni yang menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular penyakit DBD.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Makasar tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD, peneliti menyimpulkan bahwa kejadian DBD dipengaruhi oleh (1) Faktor keadaan lingkungan yang meliputi kondisi fasilitas TPA, kemudahan memperoleh air bersih, pengetahuan masyarakat, kualitas pemukiman dan pendapatan keluarga.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah adanya kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya yang lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya jentik pada fasilitas TPA (Arsin dan Wahiduddin, 2004).
Hasil penelitian Widia Eka Wati tahun 2009, fakor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah Kondisi tempat penampungan air, Kebiasaan menggantung pakaian, Frekuensi pengurasan kontainer, Keberadaan jentik pada Kontainer,  Ketersediaan tutup kontainer, Kemudahan memperoleh air bersih dan Pengetahuan DBD masyarakat

B.  Kerangka Konsep, hipotesis dan Defnisi Operasional
1.    Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau di amati melalui penelitian yang akan dilakukan (Riyanto agus,2011:65)
Kerangka konsep adalah merupakan model konseptual tengang bagai mana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2005:56).
Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simflikasi  dari kerangka teori atu teori-teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010: 101)
Selanjutnya penulis sajikan kerangka konsep penelitian yang penulis lakukan, diantaranya adalah sebagai berikut

Faktor_faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD
1. Kebiasaan menggantung pakaian
2. Tempat penampungan air ditutup dengan rapat
3. Frekuensi pengurasan tempat penampungan air
4. Pengetahuan responden tentang DBD




 
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

 






2.    Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Arikunto : 2010: 110).
Hipotesis dikenal dalam 2 bentuk yaitu hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan 2 variabel dan hipotesis nol sering disebut hipotesis statistik (Ho) yang menyatakan adanya perbedaan antara 2 variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. (Arikunto,112: 2010)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a.       Ha :
1)      Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD.
2)      Ada hubungan antara tempat penampungan air ditutup dengan rapat dengan kejadian DBD.
3)      Ada hubungan antara frekuensi pengurasan tempat penampungan air dengan kejadian DBD.
4)      Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD.
b.      Ho :
1)       Tidak ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD.
2)      Tidak ada hubungan antara tempat penampungan air ditutup dengan rapat dengan kejadian DBD.
3)      Tidak ada hubungan antara frekuensi pengurasan tempat penampungan air dengan kejadian DBD.
4)      Tidak ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD.
Jika : X2 hitung < X2 tabel maka Ho diterima, artinya tidak signifikan
Jika : X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak , artinya signifikan. (Sudjana : 2005 : 273)

3.    Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Kategori
Skala
Alat Ukur
Cara ukur
Kebiasaan menggantung pakaian
Praktek sehari-hari responden dalam menggantung pakaian di
dalam rumah (bukan di dalam lemari).
1. Tidak biasa menggantung
2. Biasa menggantung
Nominal
Kuisioner
wawancara
tempat penampungan air ditutup rapat
tempat penampungan air ditutup rapat atau tidak ditutup rapat
1. Ditutup Rapat
2. Tidak Ditutup Rapat
Nominal
Kuisioner
Wawancara
frekuensi pengurasan tempat penampungan air
Angka yang menunjukkan berapa kali responden
membersihkan /menguras tempat penampungan air dalam ukuran waktu 1 minggu.
1. < 1 kali dalam 1 minggu
2. > 1kali dalam 1 minggu
Nominal
Kuisioner
Wawancara
Pengetahuan kepala keluarga tentang penyakit DBD
Pemahaman responden tentang demam berdarah yang meliputi Pengertian, Faktor pengebab, Tanda dan Gejala, Pengobatan, Cara Pencegahan

1.  Baik 76-100%
2.  sedang 56-75%
3.  Kurang ≤55%
Ordinal
Kuesioner
Wawancara
Kejadian DBD
Keadaan dimana responden pernah terkena penyakit DBD
1. Tidak pernah sakit
2. Pernah sakit
Nominal
Kuisioner
Wawancara