LAPORAN PENDAHULUAN
I.
Kasus :
Tuberkulosis paru
Masalah Utama : Inefektif bersihan jalan nafas
II.
Proses terjadinya masalah :
Inefektif bersihan jalan napas dapat terjadi pada kasus
Tuberkulosis paru karena pada kasus ini tubuh secara fisiologis akan meningkatkan
produksi mukus sebagai pertahanan dalam mempertahankan kondisi paru-paru. Mukus
(dahak) adalah penutup yang melindungi bagian dalam paru-paru dan jalan nafas.
Mukus ber-guna untuk menangkap debu dan kotoran dalam udara yang kita hirup dan
membantu mencegah iritasi paru. Bila ada infeksi atau iritasi lain tubuh akan
lebih banyak menghasilkan mukus tebal untuk mencegah terjadinya infeksi paru.
Penyakit Tuberkulosa dapat menyebabkan meningkatnya produksi mukus, bila
pro-duksi bertambah banyak mukus (dahak) akan mengental dan susah untuk
dikeluarkan melalui batuk. Dahak yang mengental ini akan menyumbat saluran nafas dan pernafasan menjadi lebih
susah (sesak nafas).
a. Pengertian :
Penyakit infeksi kronis
akut atau sub akut yang disebabkan oleh basilus tuberkulosis (Mycobacterium
Tuberculosis), kebanyakan menyerang struktur alveolar paru. (Susan Martin
Tucher, Standar Perawatan Pasien).
Tuberkulosis paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis yaitu bakteri
tahan asam (Suryadi, SKP, Rita Yuliani, SKP )
b. Etiologi
Mycobakterium tuberkulosa
c. Manifestasi klinik
Tuberkulosis primer
biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya penyakit secara
perlahan. Kadang tuberkulosis ditemukan pada penderita tanpa gejala atau
keluhan. Tetapi dengan uji tuberkulin dapat ditemukan penyakit tersebut.
Gambaran klinisnya : demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang
batuk (batuk tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri
dada, hemoptysis, anemia.
d. Patofisiologi
Mycobakterium tuberculosis
masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang terhisap ke dalam paru-paru
menempel pada bronchiale atau alveolus dan
memperbanyak diri setiap 18 – 24 jam menyebabkan proliferasi sel epitel
disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dengan organ yang
terinfeksi (tuberkel). Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju
kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi timbul lesi primer yang
menyebabkan kerusakan jaringan atau membentuk perkejuan di daerah paru yang meluas dan merusak jaringan paru di sekitarnya
(nekrosis). Jaringan nekrosis tersebut dikeluarkan oleh penderita pada saat
batuk, apabila kerusakan yang bertambah berat pada jaringan paru dapat terjadi
caverne dan apabila di dalam caverne tersebut terdapat banyak pembuluh darah
yang pecah menyebabkan batuk darah
e. Komplikasi
§ Meningitis
§ Spondilitis
§ Pleuritis
§ Bronchopneumoni
§ Atelektasis
f. Pemeriksaan
diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
2. Riwayat penyakkit
: riwayat kontak dgn individu yang terinfeksi penyakit
3. Reaksi terhadap
tes tuberkulin
4. Radiologi :
terdapat gambaran komplek primer dengan atau tanpa perkapuran, pembesaran
kelenjar para tracheal, penyebaran milier, penyebaran bronchogen, atelektasis,
pleuritis
5. Kultur sputum
g. Penatalaksanaan
dan terapi
1. Nutrisi yang
adekuat
2. OAT ( obat anti
tuberkulosa ) :
a. Rifampicin : 10-15 mg / kg BB / hari
b. Isoniasid : 5 – 10 mg / kgBB / hari
c. Pyrazinamid : 20 – 25 mg / kgBB / hari
d. Ethambutol : 20 – 25 mg / kgBB / hari
3. Combinasi obat
anti tuberkulosa dalam satu tablet FDC ( fixed drug combination ), terdiri atas
:
a. FDC 4 (
Rifampicin, INH, Pirazynamid dan Etamhutol )
b. FDC 3 (
Rifampicin, INH, dan Etamhutol )
c. FDC 2 (
Rifampicin, INH )
4. Pembedahan : tergantung organ yang tekena
III.
Pohon masalah
Resiko tinggi ketidak patuhan
Tidak efektif bersihan jalan
nafas Membentuk
jaringan parut
Kurang pengetahuan tentang
Batuk
Slim Kental Bahan
cairan akan di keluarkam
melalui batuk terjadi kaverne
Perawatan dan pengobatan yang lama
Reaksi pencairan
Defisit perawatan diri / masuk rumah sakit
membentuk parut dan
kapsul mengelilingi tuberkel
Kelemahan Intoleransi aktifitas
Jaringan granulosit sekitar mengalami nekrosis
padat seperti keju
ATP dan ADP berkurang
Jumlah
total jaringan paru berkurang
Alveoli mengalami pemadatan
Jumlah
total jaringan paru berkurang
|
Metabolisme di otot tidak kuat
PMN
memfagosit kuman,
leukosit diganti makrofag
|
Sel T mengaktifkan makrofag
Tidak nafsu
makan
|
|
Reaksi peradangan
Demam Peningkatan suhu tubuh
Basil tuberkel masuk kedalam alveoli
Masuk kedalam paru-paru
Mycobakterium Tuberculosis / kuman
dalam bentuk droplet di udara
IV.
Diagnosa Keperawatan dan
Data yang perlu dikaji
1. Inefektif bersihan
jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus pada saluran pernafasan
a. Kesulitan bernafas
b. Perubahan
kedalaman dan kecepatan pernafasan, penggunaan otot pernafasan
c. Bunyi nafas
d. Batuk dengan atau
tanpa peningkatan produksi sputum
2. Risti ketidak
patuhan terhadap penatalaksanaan terapi berhubungan dengan kurang pengetahuan
a. Kaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit, pengobatan dan pencegahan penyakit
V.
Rencana intervensi
1. Inefektif bersihan
jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus
pada saluran pernafasan
a. Kaji status bernafas
b. Observasi
tanda-tanda vital
c. Kaji irama,
kedalaman dan ekspansi pernafasan
d. Lakukan auskultasi
bunyi pernafasan
e. Anjurkan untuk
banyak minum air hangat
f. Ajarkan tehnik
postural drainage, nafas dalam dan batuk efektif
2. Risti
ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan terapi berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
a. Kaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit, pengobatan dan pencegahan penyakit
b. Berikan informasi
tentang penatalaksanaan di rumah, pengobatan dan cara pencegahan penyebaran
penyakit
VI.
Daftar kepustakaan :
CAPERNITO LINDA JUALL,
2001, Asuhan Keperawatan, edisi 8, EGC,
Jakarta,
DOENGOES MARILLYN E,
1999, Rencana Asuhan Keperawatan,
edisi ke III, EGC, Jakarta
SURIADI. YULIANI, RITA.
2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta
SUSAN MARTIN TUCHER,
Standar Perawatan Pasien, 1998, EGC, Jakarta.
No comments :
Post a Comment